AdN

loading...

Monday, October 23, 2017

HUBUNGAN PERANAN IBU DALAM PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KARIES GIGI PADA ANAK PRASEKOLAH DI DESA LAMSAYEUN KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013

PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, menjelaskan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan, sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajad kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat (Depkes, RI. 2009).
Pendidikan  kesehatan gigi merupakan metode  untuk memotivasi pasien agar membersihkan gigi dan mulut mereka dengan efektif. Pendekatan ini sebaiknya tidak dijanggap sebagai intruksi dokter terapi lebih merupakan dorongan atau ajakan agar pasien sadar akan pentingya menjaga kebersihan mulut (Pratiwi, 2007).
1
pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar yang timbul karena adanya kebutuhan akan kesehatan, dijalankan dengan pengetahuan mengenai kesehatan  dan yang menimbulkan aktivitas perorangan dan masyarakat dengan tujuan menghasilkan kesehatan yang baik. Pendidikan kesehatan gigi merupakan penerapan dari konsep pendidikan dan konsep sehat, maka pendidikan kesehatan gigi adalah suatu proses belajar yang ditunjukkan kepada individu dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi yang setinggi-tingginya. Orang tua adalah pendidikan kodrat, karena anak merupakan keturunan dari orang tua, orang tua mempunyai tanggung jawab kodrat. Pengetahuan dan kebiasaan yang perlu dimiliki yang tua antara  lain berkaitan dengan cara memberikan jenis makan dan minuman yang menguntungkan bagi kesehatan gigi (Herijulianti, dkk. 2002).
Pemeliharaan kesehatan gigi anak melibatkan interaksi antara anak, orang tua dan dokter gigi. Pada anak balita pengaruh orang tua terutama ibu yang biasanya orang terdekat dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap perilaku anak. Peningkatan dan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat penting diberdayakan mulai dari usia dini yaitu dengan mencegah, merawat dan memelihara kesehatan gigi. Di beberapa peneliti pada masyarakat indonesia, kesadaran merawat dan memelihara kesehatan gigi dan mulut dari berbagai tingkat usia masih perlu diperbaiki (Pratiwi, 2007).
Peranan orang tua khususnya ibu adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan gigi anak-anak mereka, orang tua yang kesehatan giginya baik akan mewariskan kesehatan gigi yang baik pula kepada anaknya. Sebaliknya orang tua khususnya kesehatan gigi ibu yang rendah akan mewariskan kesehatan gigi yang rendah pula bagi anaknya, oleh karena itu pendidikan kesehatan gigi diperlukan pada kelompok ini agar masyarakat atau orang tua menyadari dan melakukan hah-hal yang dapat mewariskan kesehatan gigi yang baik pada keturunan mereka (Notoatmodjo, 2003). Peran serta orang tua tentu sangat diperlukan didalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar didalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan (Margareta, 2012).
Peranan seorang ibu dalam kesehatan gigi anak adalah sebagai motivator, edukator dan fasilitator. Motivator adalah orang yang memberikan motivasi atau mendorong seseorang untuk bertindak. Secara klinis. Menurut Stooner (1992) mendefinisikan bahwa motivasi adalah sesuatu hal yang menyebabkan  dan yang mendukung tindakan atau perilaku seseorang.  Motivasi didasari atas suatu kebutuhan, tujuan dan tingkah laku yang khas. Sebagai edukator, seorang ibu wajib memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarganya dalam menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Sebagai fasilitator, seorang ibu dapat dijadikan panutan bagi anak-anaknya dalam memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan yang dihadapi sehari-hari (Hasibuan, 2011).
Perhatian orang tua terhadap perawatan gigi anak sangat mempengaruhi kesehatan gigi anak yang masih dibawah lima tahun. Karena kesehatan gigi anak  balita masih memerlukan dukungan orang tuanya terutama ibu. Untuk itu sejak dini diberikan pengenalan terhadap kebesihan gigi misalnya dengan memberikan contoh bersikat gigi, atau untuk balita dengan melakukan pembersihan gigi dengan kapas atau kain basah. Bila anak sudah besar, orang tua harus dapat membantu anak untuk memulai rutinitas menggosok gigi (Anonimous, 2010).
Salah satu masalah kesehatan pada anak yang sering terjadi adalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dihadapi adalah karies gigi. Gigi berlubang atau karies gigi adalah penyakit jaringan keras akibat aktivitas bakteri  sehingga terjadilah (melunaknya) jaringan keras gigi yang diikuti terbentuknya rongga/kavitas (Martariwansyah, 2008).
Hasil karakteristik survei kesehatan yang dikemukakan oleh (Suryawati, dkk, 2009). Prevalensi karies gigi pada balita usia 3-5 tahun sebesar 81,7%. Prevalensi tertinggi terdapat pada balita perempuan (58,2%) dan balita berusia 4 tahun (59,7%). Prevalensi karies gigi menurut kelompok usianya, usia 3 tahun (60%), usia 4 tahun (85%), dan usia 5 tahun (86,4%). Penelitian yang dilakukan oleh Taverud (2009), menunjukkan bahwa prevalensi karies gigi pada anak sangat bervariasi jika didasarkan atas golongan umur dimana anak berusia 1 tahun sebesar 5%, anak usia 2 tahun sebesar 10%, anak usia 3 tahun sebesar 40%, anak usia 4 tahun 55%, dan anak usia 5 tahun sebesar 75%. Dengan demikian golongan umur balita merupakan golongan rawan terjadinya karies gigi.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi pengalaman karies gigi masyarakat Indonesia termasuk anak-anak adalah 72,1%, prevalensi karies aktif 46,5% dengan indeks DMF-T masih tinggi yaitu 4,8. Indeks DMF-T masyarakat provinsi NAD juga masih dalam kategori sedang, yaitu 4,3. Berbagai indikator dan target telah ditentukan WHO, antara lain anak umur 5 tahun 90% bebas karies, anak umur 12 tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar 1 (satu) gigi, penduduk umur 18 tahun bebas gigi yang dicabut (komponen M=0), penduduk umur 35-44 tahun memiliki minimal 20 gigi berfungsi sebesar 90%, dan penduduk umur 35-44 tanpa gigi (edentulous) ≤ 2%, penduduk umur 65 tahun keatas masih mempunyai gigi berfungsi sebesar 75% dan penduduk tanpa gigi ≤ 5%.
Berdasarkan pemeriksaan awal yang dilakukan terhadap 10 orang anak usia 1-5 tahun di Desa Lamsayuen Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013 terdapat karies yang masih dalam kategori tinggi (4,5), dengan skala ukur indeks def_t yang dilakukan terhadap 10 orang anak usia 1-5 tahun. Sementara target pemerintah ≤ 2.

B.  Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka penulis merumuskan permasalahan adalah “ Apakah ada hubungan peranan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi pada anak prasekolah di Desa Lamsayeun Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013”.

C. Tujuan Penelitian
1.  Tujuan Umum
 Mengetahui hubungan peranan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi pada anak prasekolah di Desa Lamsayeun Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.



2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui peranan ibu sebagai motivator dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan  mulut pada anak prasekolah di Desa Lamsayeun  Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
b. Mengetahui peranan ibu sebagai edukator dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan  mulut pada anak prasekolah di Desa Lamsayeun  Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
c. Mengetahui peranan ibu sebagai fasilisator dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan  mulut pada anak prasekolah di Desa Lamsayeun  Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
d. Mengetahui status karies gigi pada anak prasekolah di Desa Lamsayeun Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
e.  Mengetahui hubungan peranan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan  mulut dengan karies gigi pada anak prasekolah di Desa Lamsayeun  Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
a. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai hubungan peranan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi pada anak prasekolah.
b.  Menambah wawasan  dan pengalaman penulis untuk mengembangkan diri dalam disiplin ilmu kesehatan yang menyangkut  dengan peranan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi pada anak prasekolah.
2. Bagi Lokasi Penelitian
Memberikan masukan /informasi tentang hubungan peranan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi pada anak prasekolah.

3. Bagi Akademik
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk bahan bacaan, dan dapat menambah khasanah pustaka sebagai bahan  dalam rangka mutu meningkatkan kesehatan gigi dan mulut anak prasekolah, dan dapat membantu peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian lanjut.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Peran Orang Tua dalam Pemeliharaan Gigi Anak
Peranan orang tua ialah membimbing dan mendisiplinkan anak untuk melatih pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan menyikat gigi secara baik dan benar. Karena pada umumnya kebiasaan anak dalam menyikat gigi hanyalah bertujuan untuk menyegarkan mulut saja, bukan karena mengerti bahwa hal tersebut baik untuk kesehatan gigi dan mulutnya, sehingga anak cenderung menyikat gigi dengan semaunya sendiri. Besarnya peran orang tua sangat diperlukan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak-anaknya agar tercapai kesehatan gigi dan mulutnya, selain itu anak-anak sering mengalami kesulitan dalam menyikat gigi. Karena itu, dibutuhkan kesabaran dan perhatian orang tua dalam menyikapi hal ini, mengingat pentingya mempertahankan gigi susu sampai masanya ia harus tanggal (Pratiwi, 2007).
Seperti yang kita ketahui bahwa anak adalah potensi dan penerus cita-cita bangsa, yang dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya. Jika anak dipupuk dan dipelihara dengan baik, maka anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula sesuai dengan keinginan dan harapan. Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anaknya sangat diperlukan terutama pada saat mereka masih berumur dibawah lima tahun (balita). Seorang anak yang baru lahir secara mutlak bergantung pada lingkungannya (Suherman, 2000).
8
Menurut Langevelt (1952, cit. Herijulianti,2002), seseorang dikatakan dewasa bila pertumbuhan jasmaninya telah selesai atau anak telah mencapai batas pertumbuhannya, sedangkan secara rohani seorang anak dikatakan dewasa bila telah sanggup berdiri sendiri.
B.     Peranan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Kesehatan gigi anak-anak adalah tanggung jawab ibunya. Tampak sekali bahwa ibu sebagai penanggung jawab kesejahteraan dan kebahagiaan rumah tangga, memiliki peran penting dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut anak-anaknya. Ibu adalah orang yang pertama kali dijumpai seorang anak dalam kehidupan. Semua perilaku ibu, cara mendidik anak dan kebiasaannya dapat dijadikan contoh bagi anak. Kaum ibu paling berperan dalam mewujudkan dan mengembangkan kesehatan secara umum dan memelihara kesehatan gigi dalam keluarga secara khusus. Pemeliharaan kesehatan gigi anak yang berumur dibawah lima tahun masih bergantung pada orang tua, terutama kepada ibunya karena pada umunya anak mempunyai hubungan batin yang lebih dekat dengan ibunya. Lubang gigi yang disebut karies, merupakan penyebab yang paling sering terjadi. Pemicunya adalah kombinasi jenis makanan anak, lamanya sisa makanan berada dimulut, dan cara pembersihan mulut. Jenis makanan yang mengandung glukosa atau manis sangat berbahaya bagi kesehatan gigi. Umumnya gigi susu juga sering lama berada dalam mulut sampai mengendap tanpa sempat dibersihkan. Selain itu anak-anak sering mengalami kesulitan dalam menyikat gigi, karena itu, dibutuhkan kesabaran dan perhatian orang tua dalam menyikapi hal ini, mengingat pentingnya mempertahankan gigi susu sampai masanya ia harus tanggal. Puncak karies pada gigi terjadi di usia 13 tahun atau masa pubertas dimana hanya tersisa 5% dari seluruh gigi susu (Pratiwi, 2009).

Menurut Hasibuan, (2011) ada beberapa peranan ibu yang harus diberikan kepada anak adalah :

1.    Peranan ibu sebagai motivator
Motivasi merupakan salah satu faktor psikologis yang sangat mempengaruhi dalam melakukan suatu aktivitas. Jadi seseorang yang melakukan aktivitas seperti halnya aktivitas belajar supaya berhasil dengan tujuan yang ingin dicapainya perlu memeperhatikan dan selalu mengembangkan motivasi dalam dirinya, sehingga tujuan dan harapan dapat tercapai. Dapat disimpulkan bahwa motivator adalah orang yang memberikan motivasi atau mendorong seseorang untuk bertindak. Secara klinis, motivasi dapat diperlukan untuk mendapatkan kekuatan pada pasien yang mendapat perawatan. Motivasi didasari atas suatu kebutuhan, tujuan dan tingkah laku yang khas (Hasibuan, 2011).

2.    Peranan Ibu Sebagai Edukator
Seorang ibu diwajibkan memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarganya dalam menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Cara mendidik anak dan kebiasaanya dapat dijadikan contoh bagi anak. Kaum ibu paling berperan dalam mewujudkan dan mengembangkan kesehatan secara umum dan memelihara kesehatan gigi dalam keluarga secara khusus (Hasibuan, 2011)

3.    Peranan Ibu Sebagai Fasilisator
Menurut (Hasibuan, 2011). Sebagai fasilisator seorang ibu dapat dijadikan panutan bagi anak-anaknya dalam memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan yang dihadapi sehari-hari. Ada beberapa fasilitas yang harus diberikan kepada anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, yaitu:
a.    Sikat Gigi
Ada dua jenis sikat gigi, manual dan elektrik. Sikat gigi manual adalah sikat gigi yang bisa digunakan sehari-hari dengan menggunakan tangan. Sikat gigi manual terdiri atas kepala sikat, bulu sikat dan tangkai atau pegangannya. Pemilihan sikat gigi pada anak sebaiknya dipilih sikat gigi yang ukurannya kecil dengan tangkai yang mudah digenggam. Bulu sikatnya halus. Bagian kepala sikat menyempit agar mudah menjangkau bagian dalam rongga mulut anak (Pratiwi, 2009).
b.    Pasta Gigi
Pasta gigi adalah pasta atau gel yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut dengan cara mengangkat plak dan sisa makanan. Termasuk menghilangkan dan mengurangi bau mulut. Pasta gigi juga dapat membantu menguatkan struktur pada gigi dengan kandungan flour (Pratiwi, 2009).
c.       Flossing (Benang Gigi)
Flossing merupakan tindakan pembersihan gigi dengan menggunakan dental floss atau yang lebih dikenal dengan benang gigi. Flossing bertujuan untuk mengangkat sisa makanan diantara gigi yang tidak tercapai dengan sikat gigi yang tidak tercapai dengan sikat gigi. Idealnya, flossing dilakukan setelah menyikat gigi sehingga upaya pembersihan gigi menjadi sempurna (Pratiwi, 2009).

C.  Karies Gigi
1)   Pengertian Karies
Menurut statistik, karies gigi adalah penyakit yang paling sering terjadi pada manusia, setelah demam flu. Karies dapat terjadi pada siapa saja, walaupun sering pada umumnya muncul pada usia anak atau dewasa muda. Karies inilah yang merupakan penyebab utama kehilangan gigi pada usia muda. Asam yang diproduksi dalam plak akan terus merusak lapisan email gigi. Kemudian bakteri akan  mengikuti jalan yang sudah dibuat oleh asam dan menginfeksi lapisan berikutnya, yaitu dentin. Jika tidak dirawat, proses ini akan terus berjalan sehingga lubang akan semakin dalam. Karies gigi biasanya belum menimbulkan keluhan sakit kecuali setelah mencapai bagian dentin dan pulpa gigi (Pratiwi, 2009).
2)      Penyebab Terjadinya Karies
     Penyebab karies adanya bakteri streptococcus mutans dan lactobacilli. Bakteri spesifik inilah yang mengubah glukosa dan karbonhidrat pada makanan menjadi asam melalui profes fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak struktur pada gigi sedikit demi sedikit. Kemudian plak dan bakteri mulai bekerja 20 menit setelah makan. Lubang gigi dapat dihentikan  melalui perawatan. Seperti halnya karies dini dapat dihentikan menggunakan laser. Sedangkan karies gigi kecil perlu dideteksi dengan alat dan rontgen gigi. Dan karies gigi besar yang terlihat mata, dapat dilakukan perawatan dengan alat secara langsung (Pratiwi, 2009).

3)      Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies yaitu:
Menurut Tarigan (1990) faktor-faktor yang mempengaruhi karies gigi yaitu :
a.    Keturunan
dari segi penelitian terhadap 10 orang ibu, dimana 1 orang ibu memliki prosentase karies yang baik pada anak, dan 9 orang ibu memliki prosentase karies yang kurang baik pada anak.
b.    Ras
Pengaruh ras terhadap terjadinya karies amat sulit ditentukan. Tetapi keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan prosestase karies yang semakin meningkat atau menurun. Misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit, sehingga gigi-gigi pada rahang sering tidak tumbuh teratur, tentu dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini akan mempersungkar pembersihan gigi, dan ini akan mempertinggi prosentase karies pada ras tersebut.
c.    Jenis Kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan pada gigi M1, didapatkan hasil bahwa persentase karies gigi pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria.
d.      Umur
Sepanjang hidup dikenal 3 phase umur dilihat dari sudut gigi geligi.
e.       Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat dibagi menjadi 2 :

1)        Isi makanan yang menghasilkan energy
Misalnya : karbonhidrat, protein, lemak, vitamin serta mineral-meneral. Unsur-unsur tersebut diatas berpengaruh pada masa pra erupsi serta pasca-erupsi dari gigi geligi.
2)        Fungsi mekanisme dari makanan yang dimakan
Makanan-makanan yang bersifat membersihkan gigi, jadi merupakan gosok gigi alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi
f.       Unsur Kimia
Unsur-unsur kimia yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karies gigi masih dalam penelitian. Unsur-unsur kimia yang paling mempunyai prosentase karies gigi ialah flour.
g.      Air Ludah
Sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali memiliki prosentase karies gigi yang semakin meninggi disebabkan oleh : aptyalesmus, therapy radiasi, kanker ganas dan lain-lain.
h.       Plak
Penelitian terhadap plak lebih intensif dilakukan untuk mencegah karies gigi. Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti mulir, sisa sel jaringan mulut, leukosit, limpasit, dengan sesuai makanan serta bakteri.

D.  Proses Terjadinya Karies Gigi
Makanan dari jenis tepung-tepungan seperti roti atau lainnya, juga ubi, jagung, nasi, adalah makanan yang digolongkan dalam zat tepung atau karbonhidrat. Disebut juga zat gula sebab setelah dicerna didalam usus akan menjadi zat gula yang manis, yakni glukosa. Maka dari itu gula sendiri dan semua makanan dari gula masuk kelompok karbonhidrat (Mahcfoedz, 2006).
            Menurut Kidd (1992) proses karies berkembang berdasarkan tiga tahap yaitu
a.      Berbagai bakteri yang ada didalam mulut berbentuk asam, dari gula yang terkandung dalam makanan, yang melekat pada permukaan gigi.
b.      Asam ini melakukan “Email” pelapis gigi berwarna putih yang menghancurkan gigi. Proses ini dikenal  dengan karies gigi dan menyebabkan gigi berlubang.
c.      Lebih jauh dari asam tersebut menyebabkan penetrasi karies dari email ke gigi bagian dalam dibawah gigi kepala.
1.    Indeks Karies Gigi
Menurut Herijulianti (2002) Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi karies seseorang atau sekelompok orang. Indeks karies gigi tetap, indeks karies yang sering dipakai adalah :
a.       Indeks DMF-T (DMF-Teeth)
1.      D = decayed = gigi karies yang masih bisa ditambal
2.      M = Missing = gigi indikasi cabut karena karies
3.      F = Filling = gigi karies yang sudah ditambal
b.      Indeks def-t (def-teeth)
1.    d = decayed = gigi karies yang masih bisa ditambal
2.     e = excolated = gigi karies yang harus dicabut
3.    f = filling = gigi karies yang sudah ditambal
Kategori DMF-T menurut WHO (1997 cit. suwelo 1992), kategori tinggi dan rendahnya status karies gigi atau pengalaman karies gigi disuatu daerah atau negara adalah (0,0-1,1 = sangat rendah; 1,2-2,6 = rendah; 2,7-4,4 = sedang; 4,5-6,6 = tinggi; 6,6 = sangat tinggi).

E.  Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak
Menurut World Health Organization (WHO), pada masa kanak-kanak pada 2012 ada sekitar 60-90 persen penduduk sebuah negara yang mengalami gigi berlubang. Gigi berlubang adalah “investasi untuk penyakit-penyakit kronis”.
Menurut kemp (2004), cara perawatan untuk mendapatkan gigi sehat yaitu pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut secara teratur dengan menyikat gigi minimal 2 kali sehari, bersihkan sela gigi setelah makan, mengurangi makan-makanan yang manis dan lengket diantara jam makan, mebiasakan makan-makanan yang bergizi dan cukup mengandung kalsium dan zat kapur, periksalah gigi dengan berkala setiap 6 bulan sekali.

F.     Teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
Frekuensi menyikat gigi adalah dua kali sehari setiap habis makan  dan sebelum tidur, pada kenyataanya  menyikat gigi tiga kali sehari tidak selalu dapat dilakukan terutama ketika seseorang berada disekolah, kantor atau tempat lain. Walaupun kita selalu mengatakan menyikat gigi dua kali sehari, namun sebagian besar orang tetap memiliki plak dalam mulutnya. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembersihan yang dilakukan belum tepat (Pratiwi, 2009).
Menurut Pratiwi (2009), adapun metode-metode yang disarankan para ahli, namun belum dapat dibuktikan metode mana yang terbaik diantaranya:
1.      Scrub  : menggerakkan sikat sedara horizontal, ujung bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi, kemudian digerakkan  maju dan mundur berulang-ulang.
2.      Roll : menggerakkan dengan cara memutar mulai dari permukaan kunyah gigi belakang dan seluruh permukaan gigi sisanya. Bulu sikat diletakkan diarea  batas gusi dan gigi dengan posisi paralel dengan sumbuh tegaknya gigi.
3.      Bass : Meletakkan bulu sikatnya pada area batas gusi dan giig sambil membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak gigi.
4.      Stillman        : mengaplikasikan metodde dengan menekan bulu sika dari arah gusi kegigi secara berulang, bulu sikat digerakkan memutar dan membentuk sudut 45 derajat.
5.      Fones : mengutarakan metode gerakan sikat secara horizontal sementara gigi ditahan pada posisi gigit atau oklusi. Gerakkan dilakukan memutar dan mengenai seluruh permukaan gigi atas bawah.
6.      Charters        : Meletakkan bulu sikat menekan gigi dengan arah bulu sikat mengahdap permukaan kunyah/oklusi gigi. Arahkan 45 derajat pada areah leher gigi.
a.       Pemakain flossing pada gigi dengan kontak yang sangat rapat. Orang tua perlu mengajarkan cara penggunaan flossing, agar tidak terjadi luka/trauma pada gusi.
b.      Pemberian sediaan flour melalui aplikasi flour dan obat kumur sudah dapat
c.       dilakukan bagi anak-anak yang telah memiliki kemampuan menelan dengan baik.
G.    Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak
Menurut Miftahul (2010), ada beberapa kebiasaan yang bagus untuk dianjurkan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.
a.       Menyikat gigi sehabis makan dan sebelum tidur malam.
b.      Menggunakan sikat gigi yang baik, yang lembut dan tak melukai gusi.
c.       Usahakan menjangkau dan membersihkan seluruh permukaan gigi.
d.      Menggunakan pasta gigi yang mengandung zat-zat yang diperlukan, misalnya flouride dan kalsium.
e.       Menghindari makanan yang terlalu panas atau dingin serta makan yang lengket.
f.       Periksakan kesehatan gigi anak kedokter gigi secara rutin setiap 6 bulan sekali.
Menurut  Rahmadhan, (2010).Upaya untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut yang paling mendasar memang adalah menyikat gigi dengan cara yang tepat dan waktu yang tepat. Menggosok atau menyikat gigi usahakan dilakukan dua kali sehari yakni setelah sarapan atau makan pagi dan malam sebelum tidur. Kebanyakan penyebab kesehatan gigi dan mulut adalah plak. Plak adalah suatu lapisan lengket yang merupakan kumpulan dari bakteri. Plak ini akan mengubah karbonhidrat atau gula yang berasal dari makanan menjadi asam cukup kuat untuk merusak gigi. Plak juga merupakan penyebab terjadinya radang gusi dan jaringan periodontal yang lebih dalam apabila proses peradangan berlanjut, maka jaringan periodontal ini lama kelamaan akan rusak sehingga akan kehilangan fungsinya sebagai penompang gigi. Walaupun plak memiliki konsistensi yang lunak sehingga mudah dibersihkan dengan melakukan menyikat gigi yang baik dan flossing menggunakan banang gigi, plak tetap akan terus terbentuk setelah dibersihkan, karena itu rutinitas menjaga kebersihan gigi dai plak sangat penting, agar plak tidak bertambah banyak dan tebal.
Menurut Rahmadhan (2010). Cara menjaga kebersihan gigi dan mulut yaitu dengan menyikat gigi yang baik dan benar yaitu setelah makan dan sebelum tidur, menerapkan pola makan yang sehat, memeriksa gigi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Menghilangkan kebiasaan buruk sama pentingnya dengan memelihara kebiasaan baik.

H.    Beberapa Cara Membersihkan Gigi Anak
Menurut Kemp (2004). Ada beberapa cara membersihkan gigi anak yaitu:
1.      Berdirilah dibelakang sikecil untuk menyikat giginya maka akan lebih mudah menyentuh mulutnya dengan sikat.
2.      Ibu hanya perlu mengoleskan sedikit olesan pasta gigi yang pasti tidak untuk membuat buih dimulutnya, buih yang lebih besar dari kacang polong sudah terlalu besar, karena anak balita belum memiliki koordinasi untuk dapat meludah kelebihan buih.
3.      Jagalah anak agar tidak menelan pasta gigi, karena terlalu banyak flourida bisa membuat gigi tetapnya yang sedang berkembang mengalami perubahan warna (flourosis). Tujuannya adalah sekedar menyentuhkan flourida dengan gigi anak yang sudah muncul untuk memperkuat emailnya.





I.       Cara Merawat Gigi Anak
Perawatan gigi anak terutama balita sulit dan memerlukan banyak waktu. Keluhan ini dapat dimengerti banyak orang tua yang belum sadar betul akan perlunya perawatan gigi anak. Umumnya orang tua beranggapan bahwa gigi anak-anak tidak perlu dirawat, karena nantinya akan diganti dengan gigi dewasa (Suwelo, 1992).  
Menurut Riyanti (2005) cara merawat kesehatan gigi anak harus dimulai sejak dini, dengan kesehatan khususnya pada anak akan tetap terjaga dengan memberitahukan tentang bagaimana cara merawat gigi yang baik dan benar. Disamping itu juga melalui cara merawat gigi anak sejak dini mampu menanamkan rasa menjaga kesehatan gigi pada khususnya dan menjaga kesehatan tubuh pada umumnya. Perawatan kesehatan gigi anak secara dini sangat berguna bagi anak yang masih dalam taraf tumbuh kembang. Keberhasilan suatu perawatan di bidang kesehatan gigi anak ditentukan oleh banyak hal antara lain, adanya bimbingan orang tua terhadap anak yang dipengaruhi oleh motivasi orang tua dalam berperilaku sehat. Perawatan gigi adalah upaya yang dilakukan agar gigi tetap sehat dan dapat menjalankan fungsinya. Gigi yang sehat adalah gigi yang bersih tanpa adanya lubang. Namun tidak hanya itu, gigi yang sehat juga akan memancarkan energi positif sehingga si Pemiliknya menjadi sangat menarik. Namun, sekarang ini Perawatan Gigi pada anak masih belum optimal. Karena masih banyak orang tua yang belum menyadari peran mereka untuk membimbing dan mendisiplinkan anaknya agar mau merawat gigi sejak dini.

Menurut Margareta (2012) perawatan gigi yang benar sebaiknya dimulai bahkan sebelum bayi mulai tumbuh gigi pertamanya. Pada umumnya, jumlah gigi susu lebih sedikit dari pada orang dewasa. Hal wajar karena gigi susu merupakan gigi perintis bagi gigi permanent. Jumlah gigi susu ini  berkisar 20, dengan pembagian 10 dirahang atas dan 10 dirahang bawah ( masing-masing 4 gigi seri, 2 gigi taring dan 4 gigi geraham ). Sebagaimana yang  diketahui bahwa gigi susu pada anak sudah tumbuh ketika bayi masih didalam rahim, dan tumbuh sekitar bayi berumur 4-5 bulan.

No comments:

Post a Comment