BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan, menjelaskan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajad kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi
pembangunan, sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya
kesehatan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajad kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan
kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan
masyarakat (Depkes, RI. 2009).
Pendidikan
kesehatan gigi merupakan metode
untuk memotivasi pasien agar membersihkan gigi dan mulut mereka dengan
efektif. Pendekatan ini sebaiknya tidak dijanggap sebagai intruksi dokter
terapi lebih merupakan dorongan atau ajakan agar pasien sadar akan pentingya
menjaga kebersihan mulut (Pratiwi, 2007).
1
|
Pemeliharaan kesehatan gigi anak melibatkan
interaksi antara anak, orang tua dan dokter gigi. Pada anak balita pengaruh
orang tua terutama ibu yang biasanya orang terdekat dalam pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap
perilaku anak. Peningkatan dan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi
dan mulut sangat penting diberdayakan mulai dari usia dini yaitu dengan
mencegah, merawat dan memelihara kesehatan gigi. Di beberapa peneliti pada masyarakat
indonesia, kesadaran merawat dan memelihara kesehatan gigi dan mulut dari
berbagai tingkat usia masih perlu diperbaiki (Pratiwi, 2007).
Peranan orang tua khususnya ibu adalah faktor
yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan gigi anak-anak mereka,
orang tua yang kesehatan giginya baik akan mewariskan kesehatan gigi yang baik
pula kepada anaknya. Sebaliknya orang tua khususnya kesehatan gigi ibu yang
rendah akan mewariskan kesehatan gigi yang rendah pula bagi anaknya, oleh
karena itu pendidikan kesehatan gigi diperlukan pada kelompok ini agar
masyarakat atau orang tua menyadari dan melakukan hah-hal yang dapat mewariskan
kesehatan gigi yang baik pada keturunan mereka (Notoatmodjo, 2003). Peran serta
orang tua tentu sangat diperlukan didalam membimbing, memberikan pengertian,
mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak dapat memelihara
kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang
cukup besar didalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies
pada anak. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya
perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak.
Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu
melalui proses pendidikan (Margareta, 2012).
Peranan seorang ibu dalam kesehatan gigi anak
adalah sebagai motivator, edukator dan fasilitator. Motivator adalah orang yang
memberikan motivasi atau mendorong seseorang untuk bertindak. Secara klinis.
Menurut Stooner (1992) mendefinisikan bahwa motivasi adalah sesuatu hal yang
menyebabkan dan yang mendukung tindakan
atau perilaku seseorang. Motivasi
didasari atas suatu kebutuhan, tujuan dan tingkah laku yang khas. Sebagai
edukator, seorang ibu wajib memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarganya
dalam menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti
yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Sebagai
fasilitator, seorang ibu dapat dijadikan panutan bagi anak-anaknya dalam
memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan yang dihadapi
sehari-hari (Hasibuan, 2011).
Perhatian orang tua terhadap perawatan gigi
anak sangat mempengaruhi kesehatan gigi anak yang masih dibawah lima tahun.
Karena kesehatan gigi anak balita masih
memerlukan dukungan orang tuanya terutama ibu. Untuk itu sejak dini diberikan
pengenalan terhadap kebesihan gigi misalnya dengan memberikan contoh bersikat
gigi, atau untuk balita dengan melakukan pembersihan gigi dengan kapas atau
kain basah. Bila anak sudah besar, orang tua harus dapat membantu anak untuk
memulai rutinitas menggosok gigi (Anonimous, 2010).
Salah satu masalah kesehatan pada anak yang
sering terjadi adalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dihadapi adalah
karies gigi. Gigi berlubang atau karies gigi adalah penyakit jaringan keras
akibat aktivitas bakteri sehingga terjadilah
(melunaknya) jaringan keras gigi yang diikuti terbentuknya rongga/kavitas (Martariwansyah,
2008).
Hasil karakteristik survei kesehatan yang dikemukakan
oleh (Suryawati, dkk, 2009). Prevalensi karies gigi pada
balita usia 3-5 tahun sebesar 81,7%. Prevalensi tertinggi terdapat pada balita perempuan
(58,2%) dan balita berusia 4 tahun (59,7%). Prevalensi karies gigi menurut
kelompok usianya, usia 3 tahun (60%), usia 4 tahun (85%), dan usia 5 tahun
(86,4%). Penelitian yang dilakukan oleh Taverud (2009), menunjukkan bahwa
prevalensi karies gigi pada anak sangat bervariasi jika didasarkan atas
golongan umur dimana anak berusia 1 tahun sebesar 5%, anak usia 2 tahun sebesar
10%, anak usia 3 tahun sebesar 40%, anak usia 4 tahun 55%, dan anak usia 5
tahun sebesar 75%. Dengan demikian golongan umur balita merupakan golongan
rawan terjadinya karies gigi.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, menunjukkan prevalensi pengalaman karies gigi masyarakat Indonesia termasuk anak-anak adalah 72,1%,
prevalensi karies aktif 46,5% dengan indeks DMF-T masih tinggi yaitu 4,8.
Indeks DMF-T masyarakat provinsi NAD juga masih dalam kategori sedang, yaitu
4,3. Berbagai indikator dan target telah ditentukan WHO, antara lain anak umur
5 tahun 90% bebas karies, anak umur 12 tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan
gigi (indeks DMF-T) sebesar 1 (satu) gigi, penduduk umur 18 tahun bebas gigi
yang dicabut (komponen M=0), penduduk umur 35-44 tahun memiliki minimal 20 gigi
berfungsi sebesar 90%, dan penduduk umur 35-44 tanpa gigi (edentulous) ≤ 2%,
penduduk umur 65 tahun keatas masih mempunyai gigi berfungsi sebesar 75% dan
penduduk tanpa gigi ≤ 5%.
Berdasarkan pemeriksaan awal yang dilakukan
terhadap 10 orang anak usia 1-5 tahun di Desa Lamsayuen Kabupaten Aceh Besar
Tahun 2013 terdapat karies yang masih dalam kategori tinggi (4,5), dengan skala
ukur indeks def_t yang dilakukan terhadap 10 orang anak usia 1-5 tahun. Sementara
target pemerintah ≤ 2.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan
diatas maka penulis merumuskan permasalahan adalah “ Apakah ada hubungan
peranan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi pada anak prasekolah di Desa
Lamsayeun Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan peranan ibu dalam
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi pada anak prasekolah di Desa Lamsayeun Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui peranan ibu sebagai motivator dalam
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
anak prasekolah di Desa Lamsayeun Kabupaten Aceh Besar Tahun
2013.
b. Mengetahui peranan ibu sebagai edukator dalam
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak prasekolah di Desa Lamsayeun
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
c. Mengetahui peranan ibu sebagai fasilisator dalam
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak prasekolah di Desa Lamsayeun
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
d. Mengetahui status karies gigi pada anak prasekolah di Desa Lamsayeun
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
e. Mengetahui hubungan peranan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi pada anak prasekolah di Desa Lamsayeun
Kabupaten Aceh Besar Tahun 2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
a. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai
hubungan peranan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan karies gigi pada anak prasekolah.
b. Menambah wawasan dan pengalaman penulis untuk mengembangkan
diri dalam disiplin ilmu kesehatan yang menyangkut dengan peranan ibu dalam pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut dengan karies gigi pada anak prasekolah.
2. Bagi Lokasi Penelitian
Memberikan
masukan /informasi tentang hubungan peranan ibu dalam pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut dengan karies gigi pada anak prasekolah.
3. Bagi Akademik
Hasil
penelitian dapat dimanfaatkan untuk bahan bacaan, dan dapat menambah khasanah
pustaka sebagai bahan dalam rangka mutu
meningkatkan kesehatan gigi dan mulut anak prasekolah, dan dapat membantu
peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian lanjut.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Orang Tua dalam Pemeliharaan Gigi Anak
Peranan
orang tua ialah membimbing dan
mendisiplinkan anak untuk melatih pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan
menyikat gigi secara baik dan benar. Karena pada umumnya kebiasaan anak dalam
menyikat gigi hanyalah bertujuan untuk menyegarkan mulut saja, bukan karena
mengerti bahwa hal tersebut baik untuk kesehatan gigi dan mulutnya, sehingga
anak cenderung menyikat gigi dengan semaunya sendiri. Besarnya peran orang tua sangat
diperlukan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak-anaknya agar tercapai
kesehatan gigi dan mulutnya, selain itu anak-anak sering mengalami kesulitan
dalam menyikat gigi. Karena itu, dibutuhkan kesabaran dan perhatian orang tua
dalam menyikapi hal ini, mengingat pentingya mempertahankan gigi susu sampai
masanya ia harus tanggal (Pratiwi, 2007).
Seperti
yang kita ketahui bahwa anak adalah potensi dan penerus cita-cita bangsa, yang
dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya. Jika anak dipupuk dan
dipelihara dengan baik, maka anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula
sesuai dengan keinginan dan harapan. Peran aktif orang tua terhadap
perkembangan anaknya sangat diperlukan terutama pada saat mereka masih berumur
dibawah lima tahun (balita). Seorang anak yang baru lahir secara mutlak
bergantung pada lingkungannya (Suherman, 2000).
8
|
B. Peranan Ibu dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Kesehatan gigi anak-anak adalah tanggung jawab ibunya.
Tampak sekali bahwa ibu sebagai penanggung jawab kesejahteraan dan kebahagiaan
rumah tangga, memiliki peran penting dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut
anak-anaknya. Ibu adalah orang yang pertama kali dijumpai seorang anak dalam
kehidupan. Semua perilaku ibu, cara mendidik anak dan kebiasaannya dapat
dijadikan contoh bagi anak. Kaum ibu paling berperan dalam mewujudkan dan
mengembangkan kesehatan secara umum dan memelihara kesehatan gigi dalam
keluarga secara khusus. Pemeliharaan kesehatan gigi anak yang berumur dibawah lima tahun masih
bergantung pada orang tua, terutama kepada ibunya karena pada umunya anak
mempunyai hubungan batin yang lebih dekat dengan ibunya. Lubang gigi yang
disebut karies, merupakan penyebab yang paling sering terjadi. Pemicunya adalah
kombinasi jenis makanan anak, lamanya sisa makanan berada dimulut, dan cara
pembersihan mulut. Jenis makanan yang mengandung glukosa atau manis sangat
berbahaya bagi kesehatan gigi. Umumnya gigi susu juga sering lama berada dalam
mulut sampai mengendap tanpa sempat dibersihkan. Selain itu anak-anak sering
mengalami kesulitan dalam menyikat gigi, karena itu, dibutuhkan kesabaran dan
perhatian orang tua dalam menyikapi hal ini, mengingat pentingnya
mempertahankan gigi susu sampai masanya ia harus tanggal. Puncak karies pada
gigi terjadi di usia 13 tahun atau masa pubertas dimana hanya tersisa 5% dari
seluruh gigi susu (Pratiwi, 2009).
Menurut
Hasibuan, (2011) ada beberapa peranan ibu yang harus diberikan kepada anak
adalah :
1. Peranan ibu sebagai motivator
Motivasi merupakan salah satu faktor
psikologis yang sangat mempengaruhi dalam melakukan suatu aktivitas. Jadi
seseorang yang melakukan aktivitas seperti halnya aktivitas belajar supaya
berhasil dengan tujuan yang ingin dicapainya perlu memeperhatikan dan selalu
mengembangkan motivasi dalam dirinya, sehingga tujuan dan harapan dapat
tercapai. Dapat disimpulkan bahwa motivator adalah orang yang memberikan
motivasi atau mendorong seseorang untuk bertindak. Secara klinis, motivasi
dapat diperlukan untuk mendapatkan kekuatan pada pasien yang mendapat
perawatan. Motivasi didasari atas suatu kebutuhan, tujuan dan tingkah laku yang
khas (Hasibuan, 2011).
2. Peranan Ibu Sebagai Edukator
Seorang ibu diwajibkan memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarganya dalam menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan
yang optimal. Cara mendidik anak dan kebiasaanya dapat dijadikan contoh bagi
anak. Kaum ibu paling berperan dalam mewujudkan dan mengembangkan kesehatan
secara umum dan memelihara kesehatan gigi dalam keluarga secara khusus
(Hasibuan, 2011)
3. Peranan Ibu Sebagai Fasilisator
Menurut (Hasibuan, 2011). Sebagai fasilisator
seorang ibu dapat dijadikan panutan bagi anak-anaknya dalam memecahkan berbagai
permasalahan dalam bidang kesehatan yang dihadapi sehari-hari. Ada beberapa
fasilitas yang harus diberikan kepada anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut, yaitu:
a.
Sikat Gigi
Ada dua
jenis sikat gigi, manual dan elektrik. Sikat gigi manual adalah sikat gigi yang
bisa digunakan sehari-hari dengan menggunakan tangan. Sikat gigi manual terdiri
atas kepala sikat, bulu sikat dan tangkai atau pegangannya. Pemilihan
sikat gigi pada anak sebaiknya dipilih sikat gigi yang ukurannya kecil dengan
tangkai yang mudah digenggam. Bulu sikatnya halus. Bagian kepala sikat
menyempit agar mudah menjangkau bagian dalam rongga mulut anak (Pratiwi, 2009).
b.
Pasta Gigi
Pasta gigi adalah pasta atau gel yang digunakan untuk meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut dengan cara mengangkat plak dan sisa makanan. Termasuk
menghilangkan dan mengurangi bau mulut. Pasta gigi juga dapat membantu
menguatkan struktur pada gigi dengan kandungan flour (Pratiwi, 2009).
c.
Flossing (Benang Gigi)
Flossing merupakan tindakan pembersihan gigi
dengan menggunakan dental floss atau yang lebih dikenal dengan benang gigi.
Flossing bertujuan untuk mengangkat sisa makanan diantara gigi yang tidak
tercapai dengan sikat gigi yang tidak tercapai dengan sikat gigi. Idealnya,
flossing dilakukan setelah menyikat gigi sehingga upaya pembersihan gigi
menjadi sempurna (Pratiwi, 2009).
C. Karies Gigi
1) Pengertian Karies
Menurut statistik, karies gigi adalah penyakit yang paling sering
terjadi pada manusia, setelah demam flu. Karies dapat terjadi pada siapa saja,
walaupun sering pada umumnya muncul pada usia anak atau dewasa muda. Karies
inilah yang merupakan penyebab utama kehilangan gigi pada usia muda. Asam yang
diproduksi dalam plak akan terus merusak lapisan email gigi. Kemudian bakteri
akan mengikuti jalan yang sudah dibuat
oleh asam dan menginfeksi lapisan berikutnya, yaitu dentin. Jika tidak dirawat,
proses ini akan terus berjalan sehingga lubang akan semakin dalam. Karies gigi
biasanya belum menimbulkan keluhan sakit kecuali setelah mencapai bagian dentin
dan pulpa gigi (Pratiwi, 2009).
2) Penyebab Terjadinya Karies
Penyebab karies adanya bakteri streptococcus
mutans dan lactobacilli. Bakteri spesifik inilah yang mengubah glukosa dan
karbonhidrat pada makanan menjadi asam melalui profes fermentasi. Asam terus
diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak struktur pada gigi sedikit demi
sedikit. Kemudian plak dan bakteri mulai bekerja 20 menit setelah makan. Lubang
gigi dapat dihentikan melalui perawatan.
Seperti halnya karies dini dapat dihentikan menggunakan laser. Sedangkan karies
gigi kecil perlu dideteksi dengan alat dan rontgen gigi. Dan karies gigi besar
yang terlihat mata, dapat dilakukan perawatan dengan alat secara langsung
(Pratiwi, 2009).
3)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
karies yaitu:
Menurut Tarigan (1990) faktor-faktor yang
mempengaruhi karies gigi yaitu :
a.
Keturunan
dari segi penelitian terhadap 10 orang ibu,
dimana 1 orang ibu memliki prosentase karies yang baik pada anak, dan 9 orang
ibu memliki prosentase karies yang kurang baik pada anak.
b.
Ras
Pengaruh ras terhadap terjadinya karies amat
sulit ditentukan. Tetapi keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin
berhubungan dengan prosestase karies yang semakin meningkat atau menurun. Misalnya
pada ras tertentu dengan rahang yang sempit, sehingga gigi-gigi pada rahang
sering tidak tumbuh teratur, tentu dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini
akan mempersungkar pembersihan gigi, dan ini akan mempertinggi prosentase
karies pada ras tersebut.
c.
Jenis Kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan pada gigi M1,
didapatkan hasil bahwa persentase karies gigi pada wanita lebih tinggi
dibandingkan pria.
d.
Umur
Sepanjang hidup dikenal 3 phase umur dilihat
dari sudut gigi geligi.
e. Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan
mulut, pengaruh ini dapat dibagi menjadi 2 :
1)
Isi makanan yang menghasilkan energy
Misalnya
: karbonhidrat, protein, lemak, vitamin serta mineral-meneral. Unsur-unsur
tersebut diatas berpengaruh pada masa pra erupsi serta pasca-erupsi dari gigi
geligi.
2)
Fungsi mekanisme dari makanan yang dimakan
Makanan-makanan yang bersifat membersihkan
gigi, jadi merupakan gosok gigi alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan
gigi
f.
Unsur Kimia
Unsur-unsur kimia yang mempunyai pengaruh terhadap
terjadinya karies gigi masih dalam penelitian. Unsur-unsur kimia yang paling
mempunyai prosentase karies gigi ialah flour.
g.
Air Ludah
Sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada
sama sekali memiliki prosentase karies gigi yang semakin meninggi disebabkan
oleh : aptyalesmus, therapy radiasi, kanker ganas dan lain-lain.
h. Plak
Penelitian terhadap plak lebih intensif
dilakukan untuk mencegah karies gigi. Plak terbentuk dari campuran antara
bahan-bahan air ludah seperti mulir, sisa sel jaringan mulut, leukosit,
limpasit, dengan sesuai makanan serta bakteri.
D. Proses Terjadinya Karies Gigi
Makanan dari jenis tepung-tepungan seperti
roti atau lainnya, juga ubi, jagung, nasi, adalah makanan yang digolongkan
dalam zat tepung atau karbonhidrat. Disebut juga zat gula sebab setelah dicerna
didalam usus akan menjadi zat gula yang manis, yakni glukosa. Maka dari itu
gula sendiri dan semua makanan dari gula masuk kelompok karbonhidrat (Mahcfoedz,
2006).
Menurut Kidd (1992) proses karies berkembang berdasarkan tiga tahap yaitu
a.
Berbagai bakteri yang ada didalam mulut berbentuk asam, dari gula yang terkandung dalam
makanan, yang melekat pada permukaan gigi.
b.
Asam ini melakukan “Email” pelapis gigi berwarna putih yang
menghancurkan gigi. Proses ini dikenal
dengan karies gigi dan menyebabkan gigi berlubang.
c.
Lebih jauh dari asam tersebut menyebabkan penetrasi karies dari email ke
gigi bagian dalam dibawah gigi kepala.
1. Indeks Karies Gigi
Menurut Herijulianti (2002) Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan
jumlah gigi karies seseorang atau sekelompok orang. Indeks karies gigi tetap,
indeks karies yang sering dipakai adalah :
a.
Indeks DMF-T (DMF-Teeth)
1.
D = decayed = gigi karies yang masih bisa ditambal
2.
M = Missing = gigi indikasi cabut karena karies
3.
F = Filling = gigi karies yang sudah ditambal
b.
Indeks def-t (def-teeth)
1.
d = decayed = gigi karies yang masih bisa ditambal
2.
e = excolated = gigi karies yang
harus dicabut
3.
f = filling = gigi karies yang sudah ditambal
Kategori
DMF-T menurut WHO (1997 cit. suwelo
1992), kategori tinggi dan rendahnya status karies gigi atau pengalaman karies
gigi disuatu daerah atau negara adalah (0,0-1,1 = sangat rendah; 1,2-2,6 =
rendah; 2,7-4,4 = sedang; 4,5-6,6 = tinggi; 6,6 = sangat tinggi).
E. Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak
Menurut World Health Organization (WHO), pada masa
kanak-kanak pada 2012 ada sekitar 60-90 persen penduduk sebuah negara yang mengalami
gigi berlubang. Gigi berlubang adalah “investasi untuk penyakit-penyakit kronis”.
Menurut kemp (2004), cara perawatan untuk mendapatkan gigi sehat
yaitu pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut secara teratur dengan menyikat gigi
minimal 2 kali sehari, bersihkan sela gigi setelah makan, mengurangi
makan-makanan yang manis dan lengket diantara jam makan, mebiasakan
makan-makanan yang bergizi dan cukup mengandung kalsium dan zat kapur,
periksalah gigi dengan berkala setiap 6 bulan sekali.
F. Teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
Frekuensi menyikat gigi adalah dua kali sehari setiap
habis makan dan sebelum tidur, pada
kenyataanya menyikat gigi tiga kali
sehari tidak selalu dapat dilakukan terutama ketika seseorang berada disekolah,
kantor atau tempat lain. Walaupun kita selalu mengatakan menyikat gigi dua kali
sehari, namun sebagian besar orang tetap memiliki plak dalam mulutnya. Hal ini
menunjukkan bahwa metode pembersihan yang dilakukan belum tepat (Pratiwi,
2009).
Menurut Pratiwi (2009), adapun metode-metode
yang disarankan para ahli, namun belum dapat dibuktikan metode mana yang terbaik diantaranya:
1.
Scrub : menggerakkan sikat sedara
horizontal, ujung bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi, kemudian
digerakkan maju dan mundur
berulang-ulang.
2.
Roll : menggerakkan dengan cara memutar mulai dari permukaan kunyah gigi
belakang dan seluruh permukaan gigi sisanya. Bulu sikat diletakkan diarea batas gusi dan gigi dengan posisi paralel
dengan sumbuh tegaknya gigi.
3.
Bass : Meletakkan bulu sikatnya pada area batas gusi dan giig sambil
membentuk sudut 45 derajat dengan sumbu tegak gigi.
4.
Stillman : mengaplikasikan
metodde dengan menekan bulu sika dari arah gusi kegigi secara berulang, bulu
sikat digerakkan memutar dan membentuk sudut 45 derajat.
5.
Fones : mengutarakan metode gerakan sikat secara horizontal sementara gigi ditahan pada posisi gigit atau
oklusi. Gerakkan dilakukan memutar dan mengenai seluruh permukaan gigi atas
bawah.
6.
Charters : Meletakkan bulu
sikat menekan gigi dengan arah bulu sikat mengahdap permukaan kunyah/oklusi
gigi. Arahkan 45 derajat pada areah leher gigi.
a.
Pemakain flossing pada gigi dengan kontak yang sangat rapat. Orang tua
perlu mengajarkan cara penggunaan flossing, agar tidak terjadi luka/trauma pada
gusi.
b.
Pemberian sediaan flour melalui aplikasi flour dan obat kumur sudah
dapat
c.
dilakukan bagi anak-anak yang telah memiliki kemampuan menelan dengan
baik.
G. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak
Menurut Miftahul (2010), ada beberapa
kebiasaan yang bagus untuk dianjurkan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.
a.
Menyikat gigi sehabis makan dan sebelum tidur malam.
b.
Menggunakan sikat gigi yang baik, yang lembut dan tak melukai gusi.
c.
Usahakan menjangkau dan membersihkan seluruh permukaan gigi.
d.
Menggunakan pasta gigi yang mengandung zat-zat yang diperlukan, misalnya
flouride dan kalsium.
e.
Menghindari makanan yang terlalu panas atau dingin serta makan yang
lengket.
f.
Periksakan kesehatan gigi anak kedokter gigi secara rutin setiap 6 bulan
sekali.
Menurut Rahmadhan, (2010).Upaya untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut yang
paling mendasar memang adalah menyikat gigi dengan cara yang tepat dan waktu
yang tepat. Menggosok atau menyikat gigi usahakan dilakukan dua kali sehari
yakni setelah sarapan atau makan pagi dan malam sebelum tidur. Kebanyakan penyebab kesehatan gigi dan mulut
adalah plak. Plak adalah suatu lapisan lengket yang merupakan kumpulan dari
bakteri. Plak ini akan mengubah karbonhidrat atau gula yang berasal dari
makanan menjadi asam cukup kuat untuk merusak gigi. Plak juga merupakan penyebab
terjadinya radang gusi dan jaringan periodontal yang lebih dalam apabila proses
peradangan berlanjut, maka jaringan periodontal ini lama kelamaan akan rusak
sehingga akan kehilangan fungsinya sebagai penompang gigi. Walaupun plak
memiliki konsistensi yang lunak sehingga mudah dibersihkan dengan melakukan
menyikat gigi yang baik dan flossing menggunakan banang gigi, plak tetap akan
terus terbentuk setelah dibersihkan, karena itu rutinitas menjaga kebersihan
gigi dai plak sangat penting, agar plak tidak bertambah banyak dan tebal.
Menurut Rahmadhan (2010). Cara menjaga
kebersihan gigi dan mulut yaitu dengan menyikat gigi yang baik dan benar yaitu
setelah makan dan sebelum tidur, menerapkan pola makan yang sehat, memeriksa
gigi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Menghilangkan kebiasaan buruk sama
pentingnya dengan memelihara kebiasaan baik.
H. Beberapa Cara Membersihkan Gigi Anak
Menurut Kemp (2004). Ada
beberapa cara membersihkan gigi anak yaitu:
1.
Berdirilah dibelakang sikecil untuk menyikat
giginya maka akan lebih mudah menyentuh mulutnya dengan sikat.
2.
Ibu hanya perlu mengoleskan sedikit olesan
pasta gigi yang pasti tidak untuk membuat buih dimulutnya, buih yang lebih
besar dari kacang polong sudah terlalu besar, karena anak balita belum memiliki
koordinasi untuk dapat meludah kelebihan buih.
3.
Jagalah anak agar tidak menelan pasta gigi,
karena terlalu banyak flourida bisa membuat gigi tetapnya yang sedang
berkembang mengalami perubahan warna (flourosis). Tujuannya adalah sekedar
menyentuhkan flourida dengan gigi anak yang sudah muncul untuk memperkuat
emailnya.
I.
Cara
Merawat Gigi Anak
Perawatan
gigi anak terutama balita sulit dan memerlukan banyak waktu. Keluhan ini dapat
dimengerti banyak orang tua yang belum sadar betul akan perlunya perawatan gigi
anak. Umumnya orang tua beranggapan bahwa gigi anak-anak tidak perlu dirawat,
karena nantinya akan diganti dengan gigi dewasa (Suwelo, 1992).
Menurut Riyanti (2005) cara merawat kesehatan gigi anak harus
dimulai sejak dini, dengan kesehatan khususnya pada anak akan tetap terjaga
dengan memberitahukan tentang bagaimana cara merawat gigi yang baik dan benar.
Disamping itu juga melalui cara merawat gigi anak sejak dini mampu menanamkan
rasa menjaga kesehatan gigi pada khususnya dan menjaga kesehatan tubuh pada
umumnya. Perawatan kesehatan gigi anak secara dini
sangat berguna bagi anak yang masih dalam taraf tumbuh kembang. Keberhasilan
suatu perawatan di bidang kesehatan gigi anak ditentukan oleh banyak hal antara
lain, adanya bimbingan orang tua terhadap anak yang dipengaruhi oleh motivasi
orang tua dalam berperilaku sehat. Perawatan gigi adalah upaya yang dilakukan
agar gigi tetap sehat dan dapat menjalankan fungsinya. Gigi yang sehat adalah
gigi yang bersih tanpa adanya lubang. Namun tidak hanya itu, gigi yang sehat
juga akan memancarkan energi positif sehingga si Pemiliknya menjadi sangat
menarik. Namun, sekarang ini Perawatan Gigi pada anak masih belum optimal.
Karena masih banyak orang tua yang belum menyadari peran mereka untuk
membimbing dan mendisiplinkan anaknya agar mau merawat gigi sejak dini.
Menurut
Margareta (2012) perawatan
gigi yang benar sebaiknya dimulai bahkan sebelum bayi mulai tumbuh gigi
pertamanya. Pada
umumnya, jumlah gigi susu lebih sedikit dari pada orang dewasa. Hal wajar
karena gigi susu merupakan gigi perintis bagi gigi permanent. Jumlah gigi susu
ini berkisar 20, dengan pembagian 10
dirahang atas dan 10 dirahang bawah ( masing-masing 4 gigi seri, 2 gigi taring
dan 4 gigi geraham ). Sebagaimana yang diketahui
bahwa gigi susu pada anak sudah tumbuh ketika bayi masih didalam rahim, dan
tumbuh sekitar bayi berumur 4-5 bulan.
No comments:
Post a Comment