AdN

loading...

Monday, October 23, 2017

Gambaran pengetahuan tentang status kebersihan gigi dan mulut pada masyarakat pedesaan di Tantuha Kecamatan Aceh Besar dengan masyarakat perkotaan di Gampong Surabaya Banda Aceh Tahun 2013

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
  Undang- undang kesehatan No. 36 tahun 2009 menetapkan bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip non diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia indonesia, serta ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional (Depkes RI, 2009).
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sehingga terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil. Indonesia sehat yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan mempunyai visi yang sangat ideal yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya hidup dalam lingkungan yang sehat. Pembangunan di bidang kesehatan gigi merupakan bagian integral dari pembangunan kesehatan nasional, artinya didalam pembangunan kesehatan gigi tidak boleh diabaikan (Depkes RI,2009).
1
 
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan, pendidikan member pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat (Notoatmodjo 2003).
 Pendidikan kesehatan gigi adalah semua aktivitas yang mempengaruhi orang-orang sedemikian rupa dengan cara memberikan pengertian tentang bagaimana memelihara kesehatan gigi dan mulut untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kesehatan gigi dan mulut adalah suatu usaha untuk mengurangi penyakit gigi dan mulut yang tujuannya untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut (Herijulianti, 2002).

 
Pengetahuan merupakan hal yang sangat mendasar untuk terbentuknya suatu tindakan kesehatan (health overt behavior). Perilaku kesehatan akan lebih baik jika di dasari oleh pengetahuan ,sehingga sangat mempengaruhi sikap terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Terbentuknya suatu perilaku sehat terutama pada orang dewasa dimulai pada tingkat pengetahuan terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya. Perilaku kesehatan akan lebih baik jika didasari oleh pengetahuan sehingga dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut (Notoadmodjo, 2003).
Perawatan gigi masyarakat merupakan hal yang sangat penting dan hal yang paling utama dari kesehatan gigi dan mulut. Keadaan sosial pendapatan rendah sangat berhubungan dengan perawatan kesehatan gigi dan mulut. Dari sudut pandang analisis tingkah laku juga menimbulkan masalah, masyarakat diminta bertindak untuk mencegah suatu penyakit. Tetapi untuk itu harus mengorbankan sesuatu demi mendapatkan gigi yang sehat di kemudian hari. Bila perawatan dilaksanakan dengan baik, akibat negatif karena pengabaian tidak akan dialami (Kent, 2005).
Berdasarkan Riskesdas (2007), Penduduk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang bermasalah dengan kesehatan gigi dan mulut sebesar 30,5% dan yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi sebesar 44,5%. Kabupaten Aceh Besar memiliki rata-rata yang bermasalah dengan gigi dan mulut yaitu sebesar 36,1%, sedangkan daerah kota Banda Aceh memiliki rata-rata yang bermasalah dengan gigi dan mulut yang lebih rendah yaitu sebesar 29,6%.
Bedasarkan wawancara awal yang dilakukan dari 5 orang masyarakat pedesaan  di Tantuha Kecamatan Simpang Tiga Aceh Besar, 3 orang di antaranya masih kurangnya mengetahui tentang kebersihan gigi dan mulut. Dan 5 orang masyarakat perkotaan di Gampong Surabaya Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh, 1 di antaranya juga masih kurang pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut sehingga penulis tertarik melakukan penelitian dan mengangkat masalah tersebut dalam karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Pengetahuan Tentang Status Kebersihan Gigi dan Mulut Pada Masyarakat pedesaan di Tantuha Aceh Besar Dan Masyarakat Perkotaan di Gampong Surabaya Banda Aceh Tahun 2013. 

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui  bagaimanakahGambaran pengetahuan tentang status kebersihan gigi dan mulut pada masyarakat pedesaan di Tantuha Kecamatan Aceh Besar dengan masyarakat perkotaan di Gampong Surabaya Banda Aceh Tahun 2013?”.





C. Tujuan Penelitian
1.         Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran pengetahuan tentang status kebersihan gigi dan mulut pada masyarakat pedesaan di Tantuha Aceh Besar dan masyarakat perkotaan di Gampong Surabaya Banda Aceh Tahun 2013.
2.         Tujuan Khusus
a.       Mengetahui pengetahuan tentang status kebersihan gigi dan mulut pada Masyarakat pedesaan di Tantuha Aceh Besar Tahun 2013.
b.       Mengetahui pengetahuan  tentang status kebersihan gigi dan mulut pada masyarakat perkotaan di Gampong Surabaya Banda Aceh Tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian
a.    Bagi Penulis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis untuk mengembangkan diri dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat khususnya kesehatan gigi dan mulut.
b.    Bagi Akademik
Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Aceh dan dapat menambah pembendaharaan perpustakaan.
c.    Bagi Lahan Penelitian
Dapat memberikan informasi tentang gambaran pengetahuan kepada Masyarakat pedesaan di Tantuha Aceh Besar tahun 2013 dan masyarakat perkotaan di Gampong Surabaya Banda Aceh Tahun 2013.
d.   Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan untuk peningkatan program pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
















BAB II
TINJAUAN  PUSTAKA

A.    Pengetahuan
            Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan umumnya datang dari pengindraan yang terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sampai dipengaruhi oleh intensitas persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut (Notoadmodjo, 2003), Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yakni :
1.      Tahu ( Know )
Tahu diartikan sebagai mengigat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2.      Memahami ( Comprehension )
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
3.      Aplikasi ( Application )
6
 
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).
4.      Analisis ( Analysis )
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5.      Sintesis ( Synthesis )
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6.      Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

B.     Pengetahuan Tentang Kebersihan Gigi dan Mulut
            Pengetahuan terhadap kesehatan gigi mulut mereka sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya dan ekonomi penduduk yang khas pedesaan. Persepsi masyarakat bahwa sakit gigi tidak perlu segera diobati, penderita pada umumnya datang berobat setelah terjadi pembengkakan pada daerah gusi dan pipi. Rendahnya pengetahuan kesehatan gigi masyarakat, mengakibatkan penderita mencari pengobatan ke puskesmas maupun rumah sakit juga rendah ( Pratiwi, 2007 ).
Faktor lingkungan merupakan factor yang berperan serta mengembangkan perilaku manusia. Lingkungan sosial atau budaya mempunyai pengaruh dominan terhadap pembentukan perilaku manusi. Yang termasuk lingkungan sosial dan budaya adalah sosial ekonomi, sarana dan prasarana sosial, pendidikan, tradisi, kepercayaan, dan agama. Faktor pendidikan, sosial ekonomi, dan sarana yang rendah mengakibatkan perilaku dan kesadaran menjaga kebersihan gigi pada masyarakat desa cenderung rendah, dibandingkan pada masyarakat perkotaan yang memiliki faktor sosial ekonomi dan pendidikan yang tinggi. (Budiharto, 2010 ).
C.    Perilaku
Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktifitas dari pada manusia itu sendiri. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organism baik yang dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi faktor individu, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat maka intervensi atau upaya yang ditunjukkan kepada faktor perilaku ini secara garis besar dapat dilakukan melalui dua upaya yang saling bertentangan. Upaya masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya, melalui kegiatan yang disebut pendidikan dan penyuluhan kesehatan, memang dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan perilaku masyarakat akan memakan waktu lama dibandingkan dengan cara koersi. Namun demikian bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat, maka akan langgeng dan bahkan selama hidup dilakukan ( Notoadmodjo, 2003 ).  

D.    Kebersihan Gigi dan Mulut
1.      Pengertian kebersihan gigi dan mulut
            Kebersihan gigi dan mulut merupakan peranan penting bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kebersihan gigi dan mulut tidak dijaga maka biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan akan lebih mahal daripada perawatannya setiap hari, aktivitas pencegahan penyakit harus lebih ditingkatkan untuk menekan biaya kesehatan yang tinggi (Darwita, 2005).

2.      Menjaga kesehatan gigi dan mulut
            Kebanyakan penyebab kesehatan gigi dan mulut adalah plak. plak adalah suatu lapisan lengket yang merupakan kumpulan dari bakteri. Plak ini akan mengubah karbohidrat atau gula yang berasal dari makanan menjadi asam cukup kuat untuk merusak gigi. Plak juga merupakan penyebab terjadinya radang gusi dan jaringan periodontal yang lebih dalam. Apabila proses peradangan berlanjut,maka jaringan periodontal ini lama-kelamaan akan rusak sehingga akan kehilangan fungsinya sebagai penopang gigi.Walaupun plak memiliki konsistensi yang lunak sehingga mudah dibersihkan dengan  melakukan menyikat gigi yang baik dan flossing menggunakan benang gigi, plak tetap akan terus terbentuk setelah dibersihkan. Oleh karena itu rutinitas menjaga kebersihan gigi dari plak sangat penting, agar plak tidak bertambah banyak dan tebal (Rahmadhan,2010).
            Menurut Rahmadhan (2010), Cara menjaga kebersihan gigi dan mulut yaitu dengan menyikat gigi yang baik dan benar yaitu setelah makan dan sebelum tidur, menerapkan pola makanan yang sehat, memeriksa gigi ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Menghilangkan kebiasaan buruk sama pentingnya dengan memelihara kebiasaan baik.
a.        Menurut Pratiwi (2009) pembersihan gigi merupakan pencegahan utama mencegah gangguan gigi dan mulut, dilakukan secara mandiri dan professional.
-          Perawatan mandiri dapat kita lakukan di rumah dengan sikat gigi teratur, dua kali sehari dengan metode yang benar.
-          Tindakan membersihkan gigi dengan benang gigi (flossing) dapat dilakukan 1-2 kali sehari.
-          Secara profesional, kita perlu mengunjungi dokter gigi secara rutin tiap enam bulan sekali untuk pembersihan yang baik di rumah.Dan,pendeteksian awal gangguan-gangguan gigi dan mulut yang mungkin belum kita sadari.Rontgen gigi juga perlu dilakukan setiap tahun untuk memantau kemungkinan atau perkembangan terjadinya gangguan gigi dan mulut.
b.      Makanan yang lengket dan kenyal, seperti permen atau buah yang dikeringkan sebaiknya dimakan saat makan biasa bukan waktu ngemil/antar waktu makan.Jika perlu,sikat gigi setiap kalihabis memakan makanan. Perlekatannya pada gigi membuat asam lama berkontak dengan gigi dan menambah resiko terjadinya lubang gigi. Kurangi kebiasaan ngemil yang menghasilkan suplai asam yang kontinu pada permukaan gigi. Hindari kebiasaan menghisab/mengemut permen atau minuman manis.
c.       Penggunaan pelapis gigi (dental sealants) sangat perlu untuk mencegah gigi berlubang. Lapisannya yang tipis seperti plastik dioleskan pada daerah permukaan gigit gigi geraham. Pelapisan ini berguna untuk mencegah akumulasi plak pada cekungan gigi yang dalam dan sulit dicapai sikap untuk dibersihkan.Sealant  ini biasanya diaplikasikan pada anak-anak saat gigi geraham tetapnya tumbuh. Sealent dapat juga diaplikasikan pada gigi dewasa yang masih utuh atau belum berlubang.
d.      Fluoride sering direkomendasikan sebagai perlindungan terhadap lubang gigi. Penelitian juga menunjukkan jumlah lubang gigi lebih sedikit setelah mengonsumsi air yang mengandung fluor. Fluor  dapat dikonsumsi saat struktur email gigi sedang mengalami tumbuh kembang, dengan demikian fluor dapat melindungi email dari asam.
e.       Peletakan fluor secara topical juga direkomendasikan untuk melindungi permukaan gigi. Hal ini didapat dari kandungan fluor dalam pasta gigi atau obat kumur. Pelapisan fluor secara topical ini dapat juga dilakukan saat kunjugan ke dokter gigi, setelah pembersihan rutin gigi.
f.       Makan permenkaret dengan xylitol mulai banyak dilakukan di beberapa Negara untuk melindungi gigi. Efeknya dalam mengurangi jumlah plak yang dilihat berdasarkan kerja bakteri xilytol untuk memproduksi asam, tidak seperti pada jenis gula lainnya.
g.      Beberapa jenis keju juga dapat menghambat timbulnya lubang gigi jika dikonsumsi segera setelah makan jenis makanan yang berbahaya untuk gigi.
h.      Penelitian akhir-akhir ini juga menunjukkan radiasi dengan laser intensitas rendah dengan ion argon dapat mencegah lubang gigi dan bintik putih pada gigi.
i.        Terakhir, vaksin untuk mencegah lubang gigi telah banyak diteliti tetapi belum ditemukan vaksin yang efektif.
3.      Penyebab tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut
            Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dari daftar 10 besar penyakit yang paling dikeluhkan masyarakat Indonesia.Persepsi dan perilaku masyarakat Indonesia terhadap kesehatan gigi dan mulut masih buruk. Ini terlihat dari masih besarnya angka karies gigi dan penyakit mulut di Indonesia yang cenderung  meningkat.
            Hal yang sangat mempengaruhi masalah tersebut adalah faktor pendidikan dan ekonomi dari masyarakat, yang berpengaruh pada pengetahuan,Dari segi ekonomi dapat dilihat dari pemukiman kumuh dan daerah pedalaman.Segi sosial dapat dilihat dari kurangnya sosialisasi tentang kesehatan gigi dan  mulut.Selain itu kurangnya tenaga medis yang di butuhkan.
            Faktor eksternal lain yang mempengaruhinya adalah mengenai budaya dan adat dari masyarakat, serta ketidaktauan masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut. Dari segi budaya misalnya kesehatan gigi dan mulut masih dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan yang melekat pada diri masyarakat ( Samuraithief, 2011).
4.      Akibat tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut
            Menurut (Pratiwi, 2007) lima permasalahan akibat tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah sebagai berikut :
a.      Gigi berlubang
Gigi berlubang disebut karies gigi,Karies akan mengakibatkan kerusakan struktur gigi sehingga terbentuk lubang.Penyebab terjadinya karies menurut statistik,karies gigi adalah penyakit yang paling sering terjadi pada manusia, setelah demam flu. Karies dapat terjadi pada siapa saja, walaupun umumnya sering muncul pada usia anak atau dewasa muda. Karies inilah yang merupakan penyebab utama kehilangan gigi pada usia muda.
Penyebab karies adanya bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacilli.Bakteri spesifik ini inilah yang mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak struktur gigi sedikit demi sedikit. Kemudian plak dan bakteri mulai bekerja 20 menit setelah makan.
Asam yang diproduksi dalam plak terus merusak lapisan email gigi. Kemudian bakteri akan mengikuti jalan yang sudah dibuat oleh asam dan menginfeksi lapisan berikutnya, yaitu dentin. Jika tidak dirawat, proses ini akan terus berjalan sehingga lubang akan semakin dalam.
b.      Karang gigi
Karang gigi (kalkulus) adalah plak yang telah mengalami pengerasan, klasifikasi atau reminalisasi.Bakteri aktif penyebab karang gigi Streptococcus dan anerob.Bakteri tersebut mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam akan terus diproduksi oleh bakteri tersebut. Kombinasi bakteri,asam,sisa makanan,dan air liur dalam mulut membentuk suatu subtansi berwarna kekuningan yang melekat pada permukaan gigi yang disebut plak.
Plak yang tidak dibersihkan akan termineralisasi menjadi kalkulus atau karang gigi. Plak dan karang gigi inilah yang akan mengiritasi gusi dan menyebabkan gusi berdarah,bengkak (gingivitis).
c.       Gusi berdarah
Karang gigi dan plak merupakan faktor penyebab utama. Banyaknya jumlah karang gigi, plak dan sisa makanan yang melekat dileher gigi menunjukkan tingkat kebersihan mulut yang buruk. Hal ini disebabkan posisi gigi yang menyulitkan untuk dibersihkan. Misalnya gigi yang berjejal, sehingga mudah terselip makanan atau banyaknya sisa makanan yang menyebabkan tidak terjangkaunya gigi dengan sikat gigi, misalnya pada gigi paling belakang membutuhkan ujung kepala sikat yang kecil.
Menyikat gigi yang tidak benar akan membuat gigi akan bersih dan bahkan melukai gusi untuk itu diperlukan pengetahuan tentang cara menyikat gigi yang efektif.
d.      Bau mulut
Bau mulut ( halitosis ) bersumber dari daerah mulut atau hidung yang menghasilkan bau yang mengganggu. Kondisi halitosis yang kronis tidak dapat dihilangkan hanya dengan tindakan pembersihan biasa seperti sikat gigi dan flossing. Bau mulut sesaat pada pgi hari sering dialami banyak orang tetapi ini tidak termasuk gangguan halitosis. Keluhan halitosis tidak dibatasi usia ,ras,seks, ataupun tingkat social ekonomi seseorang.
e.       Gigi berwarna
Masalah gigi berwarna yang paling sering muncul adalah fluorosis dan tetrasikilin. Terjadinya fluorosis mengkonsumsi  fluor yang berlebihan. Gigi yang secara natural tersusun dari hidroksi apatit jika tercampur fluor akan membentuk fluorapatit. Pada konsentrasi yang tinggi fluorapatit dapat menyebabkan gigi menjadi kekuningan, timbul bintik-bintik putih dan bercak-bercak pada email.
Hal ini akan menyebabkan gigi terlihat buruk akibat bercak-bercak yang tidak merata tersebut, sebenarnya fluorosis tidak akan terjadi jika gigi telah erupsi dalam mulut. Jadi keuntungan gigi fluorosis yang mengandung fluorapatit akan menyebabkan gigi bertahan terhadap asam dan deminarilisasi, sehingga risiko terjadinya lubang gigi pada fluorosis sangat kecil.

E.     Mengukur Kebersihan Gigi dan Mulut
Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut kita menggunakan oral hygiene index simplified dari Green dan Vermilion. OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan Debris Index dan Calkulus Index (Helijulianti, 2002).

1.       Pengukuran Debris indeks
Debris Indeks adalah skor (nilai) dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi tertentu.



OHI-S = Debris Index + Calkulus Index
 
 


                                                                                             
Atau
                                                           
OHI-S = DI = CI
 
                         

            Untuk menilai kebersihan gigi dan mulut seseorang yang dilihat adalah adanya debris dan kalkulus pada permukaan gigi. Pemeriksaan klinis yang dilakukan untuk memudahkan penilaian. Pemeriksaan debris dan kalkulus dilakukan pada gigi tertentu dan pada permukaan tertentu dari gigi tersebut, yaitu:
Untuk rahang atas, yang diperiksa :
a.       Gigi M1 kanan atas pada permukaan bukal
b.      Gigi I1 Kanan atas pada permukaan labial
c.       Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal
Untuk rahang bawah, yang diperiksa :
a.       Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual
b.      Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial
c.       Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual
1.      Cara Pemeriksaan Debris Index
Cara pemeriksaan debris index adalah :
a.       Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat sonde. Pertama-tama pemeriksaan dimulai dari 1/3 permukaan incisal atau oklusal gigi, bila terdapat debris diberi nilai 3.
b.      Bila dibagi 1/3 incisal atau oklusal tidak terdapat debris, periksalah pada 1/3 tengah, bila terdapat debris diberi  nilai 2.
c.       Bila dibagi 1/3 tengah tidak terdapat debris, pemeriksaan dilanjutkan ke bagian 1/3 servikal gigi, bila terdapat debris diberi nilai 1.
d.      Bila dibagian 1/3 servikal gigi tidak terdapat debris nilai 0.
2.      Cara menghitung skor debris indeks
KRITERIA PENILAIAN KALKULUS
KRITERIA
NILAI
1.      Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris atau pewarnaan ekstrinsik

0
2.      a. pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan gigi seluas 1/3 permukaan atau kurang dari 1/3 permukaan.
b. pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada debris lunak, tetapi ada pewarnaan ekstrinsik yang menutupi permukaan gigi sebagian atau seluruhnya.


1
3.      pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris lunak yang menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi.


2
4.      pada permukaan gigi yang terlihat, ada debris yang menutupi permukaan tersebut seluas lebih dari 2/3 permukaan seluruh permukaan gigi.  

3







Adapun kriteria penilaian  OHI-S  menurut Herijulianti (2002) yaitu :
1.      Baik, apabila nilai berada diantara 0-1,2
2.      Sedang, apabila nilai berada diantara 1,3-3,0
3.      Buruk, apabila nilai berada diantara 3,1-6,0
2.       Penilaian Kalkulus Indeks
a.       Sebelum dilakukan pemeriksaan, perlu kita perhatikan jenis karang gigi yang berada pada permukaan gigi. Apakah karang gigi supragingival atau subgingival .
b.      Untuk memperoleh kalkulus indeks, cara pemeriksaan hampir sama dengan pemeriksaan untuk memperoleh debris indeks.
KRITERIA PENILAIAN KALKULUS
KRITERIA
NILAI
1.      Tidak ada karang gigi
0
2.      Pada permukaan gigi yang terlihat karang gigi supragingival menutupi permukaan gigi kurang dari 1/3 permukaan gigi.

1
3.      Pada permukaan gigi yang terlihat ada karang gigi supragingival menutupi permukaan gigi lebih dari 2/3 permukaan gigi dan jika bagian servikal gigi terdapat sedikit karang gigi subgingival

2

4.      Pada permukaan gigi yang terlihat, ada karang gigi supragingival menutupi permukaan gigi lebih dari 2/3 nya atau seluruh permukaan gigi.


3


F.     Masyarakat Pedesaan
            Menurut Farich (2007), ada beberapa ciri-ciri umum dari karakteristik dari masyarakat pedesaan yang hampir dimiliki oleh kebanyakan masyarakat desa pada umumnya, yaitu :
a.       Masih memegang pada tradisi nenek moyang.
b.      Memecahkan masalah secara musyawarah.
c.       Hidup dengan kesederhanaan.
d.      Sangat dekat dengan alam, sehingga sangat bergantung dengan alam.
e.       Ikatan kekeluargaan sangat kuat.
f.       Lebih mengutamakan kepentingan bersama / banyak.
g.      Paternalisik, masih kuat kepatuhan kepada tokoh adat / agama.
h.      Lebih mempercayai terhadap orang-orang yang mereka bandingkan dengan yang tidak mereka kenal.
i.        Tingkat pendidikan formal yang rendah.
Karakteristik juga tergantung pada letak desanya, dimana yang terpencil letak desanya atau lebih di pedalaman maka cirri-ciri tersebut akan makin kental, di bandingkan dengan desa-desa yang letaknya lebih dekat dengan perkotaan atau daerah yang lebih maju dan untuk masyarakat terpencil masih ditambah lagi dengan beberapa cirri yang menimbulkan kesan seolah-olah tampak seperti : kurangnya informasi yang mereka terima dan kurang lancarnya hubungan keluar masuk desa, serta pada umumnya mereka memiliki kekerabatan dekat antara satu dengan yang lainya.
Tetapi anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, karena dalam kehidupan sehari-hari mereka lebih menekankan kepada keserdehanaan atau lebih tepatnya disebut sangat bersahaja, hal itu dapat dibuktikan ternyata mereka sangat kuat berpegang pada budaya atau tradisi yang pada dasarnya mereka mau dan mampu untuk menerima informasi / pengetahuan baru. Hanya karena informasi yang mereka terima sangat minim serta kurang mampunya kita melakukan komunikasi atau berinteraksi dengan mereka sehingga masih ada sekali-sekali kecurigaan di diri mereka terhadap pendatang ataupun petugas. Kalau ada petugas yang berasal dari daerah tersebut, akan sangat membantu dalam mengkomunikasikan program-program kesehatan dengan masyarakat tersebut.
Dilihat dari hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik tersebut diatas maka pendekatan terhadap mereka diperlukan secara strategi dan teknik-teknik khusus yang pada intinya membuat bagaimana caranya agar mereka percaya terhadap pemberi informasi, baru nantinya mereka mau menerima seruan atau ajakan terhadap perubahan perilaku mereka, sehingga ini semua memerlukan suatu pengkajian dalam membuat perencanaan program peningkatan kesehatan masyarakat didesa.

G.    Masyarakat Perkotaan
            Menurut Ahmadi (2003), ada beberapa ciri menonjol pada masyarakat perkotaan, yakni :
a.       Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
b.      Orang pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantunng pada orang lain, yang penting disini manusia perorangan atau individu.
c.       Pembagian kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
d.      Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa.
e.       Interaksi yang terjadi lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi.
f.       Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu.

g.      Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

No comments:

Post a Comment