AdN

loading...

Thursday, November 9, 2017

KTI : HUBUNGAN TINGKAT PENGHASILAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS KARIES GIGI PADA MURID KELAS V SD NEGERI GUE GAJAH KECAMATAN DARUL IMARAH KABUPATEN ACEH BESAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGHASILAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS KARIES GIGI PADA MURID KELAS V
SD NEGERI GUE GAJAH KECAMATAN DARUL IMARAH
KABUPATEN ACEH BESAR

ABSTRAK

            Tingkat penghasilan dan pendidikan mempengaruhi perilaku hidup sehat pada seseorang.penghasilan mempunyai pengaruh langsung pada perawatan medis,karies pada anak sangat dipengaruhi oleh peran orang tua hal ini disebabkan oleh tingkat ketergantungan anak yang sangat tinggi terhadap orang tua,pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak oleh karena itu pengetahuan diperoleh dari proses pendidikan .berdasarkan penelitian awal di SD NEGERI GUE GAJAH pada 10 murid yang diperiksa 5 anak diantarnya mengalami DMF-T tinggi,3 murid memiliki status karies katagori sedang,dan 2 anak memiliki status DMF-T dengan kategori rendah.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat penghasilan dan pendidikan orang tua dengan status karies gigi pada murid kelas V SD NEGERI GUE GAJAH kecamatan darul imarah kabupaten aceh besar.
Penelitian ini bersifat analitik dengan teknik total sample.subyek penelitian ini seluruh orang tua (ayah/ibu) murid SD NEGERI GUE GAJAH yang berjumlah 60 orang.hasil penelitian di uji statistic menggunakan program SPSS dengan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan responden dengan penghasilan ayah terbanyak pada kriteria rendah yaitu sebanyak 23 orang (77%),penghasilan ibu yang memiliki penghasilanterbanyak pada kriteria rendah yaitu sebanyak 26 orang 87%),dan pendidikan ayah terbanyak pada kriteria sedang yaitu sebanyak 24 orang (80%),pendidikan ibu terbanyak dari kriteria sedang yaitu sebanyak 17 orang (57%).berdasarkanhasil uji statistik bahwa tidak ada hubungan antara penghasilan ayah dengan status karies (P=0,09).Berdasarkan hasil uji statistik bahwa tidak ada hubungan antara penghasilan ibu dengan status karies (P=0,11).dan Berdasarkan hasil uji statistik bahwa ada hubungan antara pendidikan ayah dengan status karies (P=0,04),Berdasarkan hasil uji statistik bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status karies (P=0,02).
Dapat di simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara penghasilan ayah dan ibu dengan status karies murid,serta ada hubungan antara pendidikan ayah dan ibu dengan status karies murid.

Kata Kunci : Penghasilan orang tua, Pendidikan orang tua, Status Karies 





BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia produktif secara sosial dan ekonomi. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Undang-undang kesehatan nomor 36 tahun 2009 pasal 47 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2009).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan satu upaya dalam meningkatkan kesehatan gigi dan mulut (Riyanti, 2005).

1
Karies gigi adalah penyakit kerusakan jaringan keras gigi yang di mulai dari permukaan email gigi meluas kearah pulpa (Tarigan 1993) Karies gigi merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada manusia. Karies dapat terjadi pada siapa saja, walaupun sering muncul pada usia anak atau dewasa muda. Penyakit inilah yang merupakan penyebab utama kehilangan gigi pada usia muda. Penyebab karies karena adanya bakteri Streptococcus Mutans dan Lactobacilli. Bakteri spesifik inilah yang mengubah glukosa dan karbohidrat makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam tersebut akan diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak struktur gigi sedikit demi sedikit (Pratiwi, 2007).
Karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut masyarakat  Indonesia. Menggosok gigi merupakan masalah  yang sering diabaikan oleh masyarakat. Penyebab karies salah satunya karena sisa makanan yang menempel pada permukaan gigi. Upaya preventif yang paling efektif adalah menjaga kebersihan gigi dan mulut dari sisa-sisa makanan yang menempel pada gigi. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya dengan menggosok gigi secara teratur dan benar, antara lain dilakukan setelah makan atau saat akan tidur malam (panjaitan 1995).
Masalah tingginya angka karies pada anak sangat dipengaruhi oleh peran serta orang tua, khususnya ibu. Hal ini disebabkan oleh tingkat ketergantungan anak yang sangat tinggi terhadap orang tua. Peran serta orangtua sangat diperlukan didalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan dan menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar didalam mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak. Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan (Margareta, 2010).
Status ekonomi dan tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku hidup sehat pada seseorang. Mulder (2011) Pendapatan mempunyai pengaruh langsung pada perawatan medis, jika pendapatan meningkat biaya untuk perawatan kesehatan pun ikut meningkat. Nissim (2010) Orang dengan status ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah cenderung mengabaikan perilaku hidup sehat. Mulder (2011) Anak-anak dari kelompok ekonomi rendah cenderung berada pada resiko karies yang parah. Maliderou (2006) Karies dijumpai lebih sedikit pada kelompok sosial ekonomi tinggi dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan, seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat (Sondang. P, 2008).
Rendahnya tingkat kesehatan buka saja merupakan kegagalan pelayanan kesehatan, tetapi berkaitan dengan ketidakcukupan pendapatan, pendidikan dan perumahan (Kent, 2005). Tingkatan penghasilan yang tinggi akan meningkatkan upaya pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit. Demikian juga dengan tingkatan pendapatan yang rendah akan berdampak kurangnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada anaknya. Orang dengan kemampuan ekonomi kurang akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, sehingga akan sulit memberikan pelayanan kesehatan untuk keluarganya (Notoadmodjo, 2003).
Anak usia sekolah di seluruh dunia diperkirakan 90% pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan Amerika Latin, dan prevalensi terendah terdapat di Afrika (Pratiwi, 2007). Berdasarkan Riskesdas (2013)Persentase penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut tahun 2007 dan 2013 meningkat dari 23,2% menjadi 25,9%, dan Indeks DMF-T di Indonesia sebesar 4,6%. Provinsi Aceh menunjukkan prevalensi penduduk bermasalah gigi dan mulut sebesar 30,5% dan yang mengalami karies gigi aktif 1,4%. Presentase penduduk Aceh umur ≥10 tahun yang menyikat gigi setiap hari sebesar 89,9%, sesudah makan pagi 4,1%, sebelum tidur malam 29,7%, dan yang menyikat gigi dengan benar sebesar 2,2%.
Anak memasuki usia sekolah pada umumnya mempunyai resiko karies yang tinggi, karena pada usia ini anak-anak suka jajan sembarangan seperti makanan yang manis dan lengket (kariogenik) (Worotijan dkk, 2013).Penghasilan dan pendidikan orang tua merupakan faktor yang mempengaruhi status kesehatan, sebab dalam memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan lebih memungkinkan bagi kelompok yang berpenghasilan dan berpendidikan tinggi dibandingkan dengan kelompok yang berpenghasilan dan yang berpendidikan rendah perilaku hidup sehat dapat dipengaruhi oleh sosial ekonomi seseorang. Beberapa faktor yang mempengaruhi sosial ekonomi yaitu pendidikan, pendapatan, serta orang tua. Pendidikan yang lebih tinggi memiliki sifat yang positif tentang kesehatan dan mempromosikan perilaku hidup sehat. Pendapat mempunyai pengaruh langsung dalam perawatan medis, jika pendapatan meningkat maka biaya untuk perawatan kesehatan pun ikut meningkat. Orang tua merupakan pondasi awal untuk membangun kehidupan sosial ekonomi secara luas menjadi lebih baik, khususnya ibu. Dimana peran aktif ibu terhadap perkembangan seorang anak sangat diperlukan dalam memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, mematuhi peraturan dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, terutama dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya (Ngantung dkk., 2015).
Bedasarkan hasil pemeriksaan awal yang dilakukan oleh penulis di SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar dari 10 anak yang diperiksa 50% anak diantaranya mengalami karies dengan status DMF-T tinggi, 30% anak memiliki status katagori sedang, dan 20% anak memiliki status DMF-T dengan katagori rendah.
SD Negeri Gue Gajah terdapat di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar dengan jumlah murid kelas V sebanyak 30 orang. laki-laki sebanyak 13 orang dan perempuan sebanyak 17 orang. Penelitian di sekolah ini disebabkan oleh belum pernah/belum terlaksananya penyuluhan kesehatan gigi dan mulut khususnya mengenai Hubungan tingkat penghasilan dan pendidikan orang tua dengan dari status karies gigi pada kelas V SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Berdasarkan data-data tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentangHubungan tingkat penghasilan dan pendidikan orang tua dengandari status karies gigi pada murid kelas V SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar”.

B.       Perumusan Masalah
Dari uraian diatas, yang menjadi rumusan masalahnya “Hubungan tingkat penghasilan dan pendidikan orang tua dengan dari status karies gigi pada murid kelas V SD  Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar?


C.    Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi pada penelitian ini dibatasi Hubungan tingkat penghasilan dan pendidikan orang tua dengan dari status karies gigi pada murid kelas V SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.

D.      Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan tingkat penghasilan dan pendidikan orang tua dengan dari status karies gigi pada murid kelas V SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
2.      Tujuan Khusus
a.       Mengetahui Hubungan tingkat penghasilan orang tua dengan dari status karies gigi pada murid kelas V SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar
b.      Mengetahui Hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan dari status karies gigi pada murid kelas V SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar

E.     Manfaat Penelitian
1.      Bagi Lokasi Penelitian
Sebagai informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut tentang Hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan dari status karies gigi pada murid SD Negeri  Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar

2.      Bagi Akademik
Hasil penelitian dapat di manfaatkan sebagai bahan bacaan dan dapat menambah pembendaharaan perpustakaan.
3.      Bagi Anak
Untuk mengetahui permasalahan yang selama ini dihadapi oleh murid kelas V SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar tentang tingkat penghasilan dan pendidikan orang tua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut agar anak terhindar dari karies.
4.      Bagi Peneliti
                Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis untuk mengembangkan diri dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat khususnya kesehatan gigi dan mulut.






BAB II






TINJAUAN PUSTAKA


A.      Karies Gigi
1.    Pengertian Karies Gigi
Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plakatau biofilm, dan diet (khususnya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya.Karies merupakan gigi berlubang yang mengakibatkan kerusakan struktur gigi sehingga terbentuk lubang.Karies gigi merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada manusia.Karies dapat terjadi pada siapa saja, walaupun sering muncul pada usia anak atau dewasa muda. Penyakit inilah yang merupakan penyabab utama kehilangan gigi pada usia muda (Pratiwi, 2007).
2.      Tanda awal karies
Tanda awal karies gigi berupa munculnya spot putih seperti kapur pada permukaan gigi. Proses selanjutnya warna akan berubah menjadi coklat, kemudian mulai membentuk lubang, jika spot kecoklatan tampak mengkilap maka proses demineralisasi telah berhenti yaitu jika kebersihan mulut membaik (Pratiwi, 2009).
3.      Proses dan Faktor Terjadinya Karies

8
Permulaan terjadinya karies larutnya permukaan email karena asam hasil metabolisme karbohidrat terolah oleh kuman. Proses karies pada hakikatnya berjalan lama dan karena itu karies juga dapat disebut sebagai penyakit multifaktor yang kronis (Sundoro, 2005).
Ada empat kriteria utama yang diperlukan untuk membentuk karies, yaitu:
Gambar 1. Faktor-faktor terjadinya karies
a.      Faktor Hospes (gigi)
Morfologi gigi manusia berbeda-beda, permukaan oklusal gigi mempunyai lekuk dan fissure yang bermacam-macam dengan kedalaman yang berbeda pula. Gigi dengan lekukan yang dalam merupakan daerah yang sulit dibersihkan dari sisa-sisa makanan yang melekat sehingga plak akan mudah berkembang dan dapat menyebabkan terjadinya karies gigi (Hongini, 2012).
b.      Faktor Mikroorganisme
Mikroorganisme sangatberperan menyebabkan karies. Streptococcusmutans dan Laktobacillus merupakan 2 dari 500 bakteri yang terdapat pada plak gigi dan merupakan bakteri utama terjadinya karies. Plak adalah suatu massa padat yang merupakan kumpulan bakteri yang tidak terkalsifikasi danmelekat erat pada permukaan gigi. Bakteri yang kariogenik tersebut akan memfermentasi sukrosa menjadi asam laktat yang sangat kuat sehingga mampu menyebabkan demineralisasi(Ramayanti, 2013).
c.       Faktor Substrat
Karbohidrat menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri. Tidak semua karbohidrat sama derajat kariogeniknya, hanya karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti gula yang akan segera meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri. Sehingga makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email (Kidd, 1991).
d.      Faktor Waktu
Perkembangan karies gigi sangat bergantung pada frekuensi paparan asam. Setelah makan, bakteri yang ada di dalam mulut akan mengubah metabolisme gula sehingga menghasilkan asam dan produk yang menurunkan pH. Setiap paparan lingkungan asam, bagian dari kandungan mineral anorganik pada permukaan gigi larut dan dapat tetap terlarut selama dua jam (Ramayanti, 2013).
4.      Lokasi Karies Gigi
            Karies gigi yang tumbuh diakar gigi muncul sebagai perpanjangan lubang gigi dari mahkota gigi melewati CEJ (cementoenamel junction) atau jika akar gigi telah terbuka karena garis gusi telah turun. Karena lapisan sementum yang melapisi akar gigi tidak sekuat email pada mahkota, maka lubang pada akar gigi prosesnya lebih cepat daripada permukaan gigi lainnya (Pratiwi, 2009).
            Menurut Riyanti (2005), lubang gigi memiliki kedalaman dan besar yang berbeda-beda. Adapun derajat keparahannya dikelompokkan menjadi :
a.    Lubang pada email, biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada rangsangan yang berasal dari makanan atau minuman dingin terasa linu, apabila rasa linu telah muncul hendaknya segera ke dokter gigi agar dapat dilakukan penambalan.
b.    Lubang sampai dentin, ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan, apabila makanannya diangkat maka akan berkurang rasa sakitnya.
c.    Lubang sampai syaraf gigi, gigi terasa sakit terus-menerus sifatnya tiba-tiba atau dengan sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang rasa sakit. Perawatan syaraf gigi membutuhkan beberapa kali kunjungan, sampai hilangnya infeksi dan setelah perawatan syaraf selesai baru dilakukan penambalan.
5.      Akibat Karies Pada Anak
Karies gigi banyak sekali terjadi pada anak-anak karena kebiasaan mengkonsumsi makanan manis yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi.Dampak yang terjadi bila sejak awal sudah mengalami karies adalah selain fungsi gigi sebagai pengunyah yang terganggu, rewel, gusi bengkak, anak juga akan mengalami gangguan dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari, sehingga anak tidak mau makan dan akibat yang lebih parah bisa terjadi malnutrisi, anak tidak akan dapat belajar karena kurang berkonsentrasi sehingga akan mempengaruhi kecerdasan. Bila anak menderita malnutrisi, hal tersebut akan menyebabkan daya tahan tubuh anak menurun dan anak akan mudah terkena penyakit (Martaputra (2012).
6.      Pencegahan Karies
Banyak yang bisa dilakukan untuk mencegah karies. Mengetahui penyebabnya merupakan hal terpenting bagaimana melakukan pencegahannya. Secara teori ada tiga cara pencegahan karies yaitu: (1) menghilangkan substrat karbohidrat dengan mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya pada saat makan saja, (2) meningkatkan ketahanan gigi dengan memaparkan terhadap fluor secara tepat, (3) dengan menghilangkan plak bakteri.Pencegahan yang paling mudah dan relatif murah adalah dengan melakukan sikat gigi secara berkesinambungan dan benar, dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor (Kidd, 1991).
7.      Jumlah Bakteri
Segera setelah lahir akan membentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis bakteri. Kolonisasi bakteri didalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang paling banyak dari ibu (Sondang. P, 2008).
8.      Saliva
Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa-sisa makanan didalam mulut. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, aktivitas karies akan meningkat secara signifikan (Sondang. P, 2008)
.
9.      Pola Makan
Pengaruh pola makanan pada karies biasanya lebih bersifat lokal daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies dirongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan (Sondang.P, 2008)
10.  Umur
Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevelensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan antagonisnya. Anak-anak mempunyai resiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi, sedangkan orang tua lebih berisko terhadap terjadinya karies akar (Sondang.P, 2008).
11.  Jenis Kelamin
Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMFT yng lebih tinggi daripada pria. Walaupunn demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang (M, missing) lebih sedikit daripada pria. Sebaliknya pria mempunyai komponen tumpatan pada gigi (F, filling) yang lebih banyak dalam indeks DMFT (Sondang. P, 2008)

12.  Indek Karies Gigi
            Menurut Herijulianti (2002) menyatakan bahwa indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan Idinis penyakit karies gigi.
Indeks karies yang bisa dipakai adalah:
·      Untuk gigi tetap     : Indeks DMF-T
·      Untuk gigi susu      : Indeks def-t
a.          Indeks DMF – T (DMF-Teeth)
D = Decay       : jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
M = Missing    : jumlah gigi yang telah/ harus dicabut karena karies
F = Filling        : jumlah gigi yang telah ditambal
Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang dari dulu sampai sekarang. Contoh:
DMF : 2 artinya setiap anak mempunyai dua gigi yang terserang karies
DMF : 0 gigi anak tersebut sehat
b.          Indeks def-t (def-teeth)
D = Decay       : jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
E = Extiliasi     : jumlah gigi susu yang tetah/ harus dicabut karena
 Karies
F = Filling        : jumlah gigi yang telah ditambal
Kekurangan indeks def-t
E = Extiliasi, seharusnya dapat menunjukkan jumlah gigi yang mudah dicabut karena karies. Pada gigi susu kadang-kadang pada gigi yang tidak ada disebabkan lepas dengan sendirinya karena faktor fisiologis disebut Extiliasi, bukan karena karies tetapi seorang anak biasanya tidak dapat menerangkan mengapa giginya tidak ada atau hilang. Untuk mencegah terjadinya kekeliruan, maka indek def sering sering diganti dengan indek df saja.
Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T :
DMF-T = D + M + F
DMF-T rata rata =       jumlah D + M + F
                         Jumlah orang yang diperiksa
Kategori DMF-T menurut Linda Warni:
a.    1,2 – 2,6 = rendah
b.    2,7 – 4,4 = sedang
c.    4,5 – 6,5 = tinggi
·           Indeks def-t untuk gigi sulung
Indeks ini sama dengan DMF-T hanya saja indeks def-t digunakan untuk gigi sulung . e disini maksudnya eksfoliasi = jumlah gigi sulung yang hilang karena karies atau harus dicabut karena karies. Namun beberapa penelitian eksofolisasi tidak digunakan def-t karena mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan, sebab apakah karies tersebut benar-benar hilang karena karies atau bukan. Pada gsulung seringkali gigi hilang karena faktor resobsi fisiologis atau trauma. Rumus untuk def-t sama dengan yang digunakan pada DMF-T.





13.     Tindakan ibu dalam mengurangi resiko gigi berlubang (karies)
            Seluruh tenaga pelayanan kesehatan harus menyarankan kepada ibu bahwa tindakan berikut dapat mengurangi resiko gigi berlubang pada anak-anak .
a)    Mengawasi anak pada saat menyikat gigi dan gunakan pasta gigi seukuran kacang hijau
b)   Tidak membiarkan anak tidur dengan dot yang diulas cairan manis atau botol susu berisi cairan manis
c)    Memberikan makanan manis hanya pada waktu makan saja
d)   Tidak menggunakan sikat gigi secara bergantian antar anggota keluarga
e)    Tidak membiasakan menggunakan dot,mainan yang digigit di antara anak-anak secara bergantian
f)    Membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan gigi yang memiliki tenaga kesehatan (dokter gigi,perawat gigi) secara teratur setiap 3-6 bulan segera setelah gigi pertama erupsi.

B.       Penghasilan
            Penghasilan perorangan atau keluarga merupakan variabel sosial ekonomi yang sering digunakan untuk memperkirakan kedudukan kelas sosial. Pendapatan adalah hasilyang diperoleh dari kerja atau usaha yang telah dilakukan pendapatan atau mempengaruhi gaya hidup seseorang.orang atau keluarga yang mempunyai status ekonomi atau pendapatan tinggi akan mempraktikkan gaya hidup yang mempunyai status ekonomi atau pendapatan tinggi akan mempraktikkan gaya hidup yang mewah misalnya lebih komsumsif karena mereka mampu untuk membeli yang dibutuhkan bila dibandingkan dengan keluarga yang kelas ekonominya kebawah (friedman,2010).
            Pendapatan masyarakat dibagi atas dua kelompok,pengelompokan tersebut bedasarkan upah minimum pekerja (UMP) Aceh tahun 2017 yaitu sebesar ≤ Rp.2.500.000,-. (Serambi, 2016)
     Adapun kelompok pendapatan tersebut sebagai berikut:
a.       Kelompok pendapatan rendah ≤ Rp.2.500.000,-.
Pendapatan rendah merupakan upah terendah yang terdiri dari upah pokok di tambah tunjangan tetap dan dibayar pekerja yang mana kurang dari 1 tahun dan bukan pada seluruh pekerja.
b.      Kelompok pendapatan tinggi ≥ Rp.2.500.000,-.
Pendapatan tingg merupakan upah tertinggi yang terdiri dari upah pokok ditambah tunjangan tetap dan dibayar pekerja yang masa kerjanya diatas 1 tahun dan bukan pada seluruh pekerja.

C.      Pendidikan
            Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan/sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur atau jenjang, kurikulum dan peralatan/fasilitas. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1939) (H. Fuad Ihsan. 2003).
            Dalam pengertian umum sistem pendidikan adalah jumlah keseluruhan dari bagian-bagiannya yang saling bekerjasama untuk mencapai hasil yang diharapakan berdasarkan atas kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem pasti mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari semua komponen atau bagian-bagiannya adalah diarahkan untuk tercapainya tujuan terebut. Karena itu, proses pendidikan merupakan sebuah sistem, yang disebut sebagai sistem pendidikan (Hasbullah. 2003).
            Pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian bahanatau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa,lebih baik, dan lebih matang pada diri individu,kelompok atau masyarakat (Notoadmojo,2007).
            Pendidikan secara luas dikenal masyarakat adalah pendidikan dalam arti formal yaitu pendidikan yang diterima oleh peserta didik melalui pendidik dan biasanya dilakukan pada suatu lembaga atau institusi (Herijulianti,dkk,2002).
            Tingkat pendidikan formal seseorang merupakan perkiraan lain bagi kedudukan kelas sosial yang umum diterima. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin besar kemungkinan orang itu bergaji tinggi (berpenghasilan tinggi) dan mempunyai kedudukan yang dikagumi atau dihormati.
            Adapun tingkat pendidikan menurut undang- undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 dikategorikan sebagai berikut:
a.       Tingkat pendidikan dasar adalah pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) kebawah.
b.      Tingkat pendidikan menengah/sedang adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat.
c.       Tingkat pendidikan tinggi adalah pendidikan diploma (DIII) keatas.

BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A.      Kerangka Konsep
Anak memasuki usia sekolah pada umumnya mempunyai resiko karies yang tinggi, karena pada usia ini anak-anak suka jajan sembarangan seperti makanan yang manis dan lengket (kariogenik) (Worotijan et al., 2013). Beberapa faktor yang mempengaruhi sosial ekonomi yaitu pendidikan, pendapatan, serta orang tua. Pendidikan yang lebih tinggi memiliki sifat yang positif tentang kesehatan dan mempromosikan perilaku hidup sehat. Pendapat mempunyai pengaruh langsung dalam perawatan medis, jika pendapatan meningkat maka biaya untuk perawatan kesehatan pun ikut meningkat. Orang tua merupakan pondasi awal untuk membangun kehidupan sosial ekonomi secara luas menjadi lebih baik, khususnya ibu. Dimana peran aktif ibu terhadap perkembangan seorang anak sangat diperlukan dalam memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, mematuhi peraturan dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, terutama dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya (Ngantung dkk., 2015).
Berdasarkan konsep pemikiran diatas, maka dapat dibuat skema penelitian berikut:
Variabel Independen                                      Variabel Dependen

Penghasilan Orang Tua

Pendidikan Orang Tua

Karies Anak
 


                                                                   


B.     Variabel Penelitian
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 variabel yaitu :
1.      Variabel Independen
a.       Penghasilan orang tua
b.      Pendidikan orang tua
2.      Variabel Dependen
Karies anak

C.    Defenisi Operasional
Tabel 1 : Variabel Independen

No
Variabel
Defenisi oprasional
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
1
Penghasilan orang tua
Hasil yang diperoleh orang tua yang dinilai dengan uang yang perolehannya dengan cara melakukan usaha atau kegiatan ekonomi dalam waktu kurun tertentu
angket
Kuesioner
Tinggi penghasilan
≥Rp.2.500.000
Rendah penghasilan
≤ Rp.2.500.000                                                                                                                                                                    
Ordinal
2
Pendidikan orang tua
Pendidikan dapat mempengaruhi semua aktifitas dan tingkah lakunya,sehingga  yang berpendidikan  tinggi akan berbeda dengan orang yang berlatar belakang pendidikan rendah
angket
Kuesioner
Tinggi (Diploma keatas)
Sedang (SMA/Sederajat)
Rendah
(SMP kebawah
Ordinal
Tabel 2 : Variabel Dependen
No
Variabel
Defenisi oprasional
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
1
Karies gigi
Kerusakan gigi yang terjadi pada anak
pemeriksaan
KSP
Diagnosa Set
def-t / DMF-T
Rendah 1,2 – 2,6
Sedang 2,7 – 4,4
Tinggi 4,5 -6,6
– lebih (Linda Warni,2009)
Ordinal






BAB IV
METODE PENELITIAN

A.      Jenis Penelitian
Penitian ini bersifat analitik yaitu Hubungan tingkat penghasilan dan pendidikan orang tua dengan dari status karies gigi pada murid kelas V SD negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.

B.       Tempat dan Waktu Penelitian
1.     Tempat Penelitian
Penelitian Dilakukan di SD negeri Gue Gajah kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal  6 Januari 2017.

C.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua (ayah/ibu) murid kelas V yang berjumlah 60 orang.
2.Sampel
Sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sample. Dimana seluruh orang tua (ayah/ibu) murid kelas V dibagikan kuesioner yang berjumlah 60 orang.


22
 


D.      Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. kuesioner
2. KSP (kartu status pasien)
3. Diagnosa set

E. Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer 
Data ini diperoleh langsung oleh peneliti berdasarkan hasil angket yang dibagikan orang tua dan pemeriksaan dengan menggunakan KSP dan dignosa set pada SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
2. Data sekunder
Data mengenai identitas murid SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.

F. Cara pengolahan
Setelah data berhasil dikumpulkan langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah mengolah data sehingga jelas data-data yang dimiliki oleh data tersebut.proses pengolahan data dilakukan menggunakan beberapa tahap sebagai berikut:
1. Editing
Tahap ini dikumpulkan dan diperiksa kembali apakah telah lengkap jawabannya atau tidak,data yang diberikan berkesinambungan atau tidak. Memeriksa nama dan identitas responden. Data yang diberikan berkesinambungan/tidak dalam arti tidak ditemukan data yang bertentangan satu dengan yang lain.
2. Coding
Melakukan pengkodean data dengan angka atau kode tertentu sehingga lebih mudah dan sederhana
3.    Tabulating
Data yang dikoreksi kemudian dikumpulkan dalam bentuk tabel tertentu menurut sifat yang dimiki sesuai tujuan penelitian

G.      Analisa Data
1.      Data Univariat
Mendeskripsikan setiap variabel penelitian dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase
2.      Analisa Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel antara variabel bebas terikat dengan menggunakan spss berupa uji statistic chi square dengan derajat kepercayaan (α) = 0,05

           


DAFTAR PUSTAKA


Adin S.2009,Status Sosial Ekonomi.
            http:/salsabilahafiraadin.blogsport.com/2009/07/status sosial. Ekonomi.html

Depkes, RI.2009. Undang-undangDasarKesehatan, No.36. Jakarta.

Edwina A.M Kidd, 1991. Dasar-dasarKaries, EGC.

Friedman, M. 2010.Buku Ajar Keperawatan keluarga:Riset,Teori,dan Praktek.Edisike-5.Jakarta:EGC.

Hasbullah. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm. 123.

H. Fuad Ihsan. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakata: Rineka Cipta. Hlm. 107.

Herijulianti E, Indriani T,S, Artini S,2002, PendidikankesehatanGigi,EGC,Jakarta

Hongini, S. Y. Aditiawarman, M. (2012). Kesehatan Gigi dan Mulut. Bandung: Pusaka Reka Cipta.

Kent, GG, 2005, Pengelola Tingkah Laku Pasienpada Praktik Dokter Gigi, EGC, Jakarta

Kidd, Edwina A.M. (1991) Dasar-dasar Karies Dan Penanggulangannya. Jakarta: EGC

Maliderou M. 2006.The effect of socialdemograpic factors,snack comsumptions and vending machine us won oral health of childrend living in london.

Margareta Shinta, 2012, 101 Tips & Terapi Alami Agar Gigi Putih & Sehat, Pusaka Cerdas, Yogjakarta

Martapura. 2012. Skripsi. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Gigi       Dengan Kejadian Karies pada Anak Prasekolah di TK Aisyiyah Bustanul   Athfal   II  Perumnas Made Lamongan.

Ngantung et al, 2015. Kesehatan Gigi Mulut dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi Mulut. Jakarta.

Notoadmodjo, S,2007. Promosi kesehatan & ilmu perilaku, PT RinekaCipta, Jakarta. 

No comments:

Post a Comment