Mulai KTI Jurusan Gizi ya.... yang Jurusan Keperawatan Gigi cukup yang sudah ada dulu ya, ntar kapan-kapan ditambah lagi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pelayananan gizi rumah sakit merupakan salah satu fasilitas dan
pelayanan yang harus ada di rumah sakit. Dalam kegiatannya diatur dengan
mempertimbangkan kebutuhan klinis, masyarakat, keamanan, kebersihan serta
manajemen tepat guna. Tujuan dari usaha
pelayanan gizi di rumah sakit agar tercapainya kesembuhan penderita di dalam
waktu sesingkat mungkin (Depkes, 1990).
Rumah sakit adalah salah satu lingkungan masyarakat yang sedang
sakit dan setiap harinya memerlukan makan. Bila penanganannya tidak secara
profesional akan berakibat makin jeleknya status gizi si sakit dan bahkan bisa
menambah buruknya tingkat kesehatan yang berarti memperpanjang hari rawat.
Makanan yang bermutu gizinya sangat berguna untuk memelihara kesehatan tubuh
terutama untuk perawatan dan penyembuhan penyakit. Makanan yang memenuhi
kebutuhan gizi dan termakan habis oleh pasien akan dapat mempercepat
penyembuhan dan memperpendek hari rawat (Depkes RI, 1991).
Standar umum makanan rumah sakit terdiri dari Makanan Biasa,
Makanan Lunak, Makanan Saring dan Makanan Cair. Dimana bentuk makanan ini
diberikan sesuai dengan jenis penyakit berdasarkan berat ringannya suatu
penyakit serta kesanggupan pasien.
Makanan Lunak merupakan makanan yang diberikan kepada pasien
dengan jenis penyakit dan berat ringannya suatu penyakit yang bertujuan untuk
mempercepat penyembuhan. Bila makanan terutama Makanan Lunak yang disajikan
oleh rumah sakit tidak dihabiskan /tidak dimakan oleh orang sakit, maka peranan
makanan rumah sakit sebagai salah satu alat penyembuhan tidak akan tercapai
(Azhali, 2006).
1
|
Pelayanan makan pasien di rumah sakit bertujuan untuk mencukupi
kebutuhan zat-zat gizi pasien guna menunjang proses penyembuhan dan mencapai
status gizi normal. Namun sampai sekarang mutu pelayanan makan di rumah sakit
belum dapat dikatakan memadai. Masalah yang dihadapi masih merupakan masalah
mendasar seperti kekurangan sumber daya, biaya, tenaga dan sarana fisik.
Pelayanan makanan juga merupakan komponen yang cukup besar dalam pembiayaan
rumah sakit sehingga perlu dikelola secara efektif dan efisien.
Menurut Suharjo (1999) mengkonsumsi pangan berarti juga
mengkonsumsi zat gizinya. Salah satu faktor penyebab terjadinya kurang gizi
adalah kurangnya intake zat gizi essensial karena makanan yang dikonsumsi tidak
cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Bila keadaan ini terjadi pada
penderita yang dirawat di rumah sakit, selain akan menurunkan status gizi
penderita, juga akan memperpanjang hari rawat dan meningkatkan biaya perawatan.
Berbagai faktor penyebab kurang gizi pada pasien yang dirawat, diantaranya
adalah asupan zat gizi yang kurang karena kondisi pasien, hilangnya nafsu
makan, faktor ekonomi, depresi(faktor stress), kurangnya pengetahuan tentang
penyakit dan lama dirawat yang dapat menimbulkan kebosanan terhadap makanan
yang disajikan.
Ada beberapa faktor yang menentukan bagaimana seseorang memilih
makanan yaitu kesenangan dan ketidaksenangan,
kebiasaan, daya beli serta
ketersediaan makanan, kepercayaan dan ketakhyulan, aktualisasi diri, faktor
agama serta psikologis dan yang paling
akhir dan sering tidak dianggap penting, pertimbangan gizi dan kesehatan. (Hartono,2002)
Menurut Djamaluddin (2002) jenis kelamin, tingkat pendidikan,
kelompok umur dan cita rasa pasien juga mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan
yang dikonsumsi. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Adi dan Riani pada
tahun 2004 diperoleh bahwa makanan yang tidak dihabiskan di ruang rawat inap
RSUD Kab. Tabanan Bali sebesar 35,7% dari porsi awal dan pasien ditaksir hanya
menkonsumsi 51,5% dari pedoman standar diet. Faktor penampilan makanan
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.
Kemudian hasil survey yang dilakukan oleh Iriani (2001) di Badan
Pelayanan Kesehatan RSU Zainal Abidin Banda Aceh diperoleh bahwa penerimaan
pasien terhadap makanan (diet) khusus yang berkonsistensi lunak yang disajikan
di kelas I RSUZA Banda Aceh masih rendah (belum dapat diterima oleh pasien),
sebagian pasien menolak makanan khusus lunak yang disajikan dan tidak
menghabiskan makanan yang disajikan. Hal ini dikarenakan pasien tidak menyukai
makanan yang tidak biasa mereka makan.
Berdasarkan data-data diatas, maka peneliti ingin mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima pasien terhadap bentuk makanan
lunak di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas
maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: ‘’Faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe” .
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe
2. Tujuan Khusus
a.
Untuk
mengetahui penampilan makanan yang disajikan pada pasien di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe
b.
Untuk mengetahui
rasa makanan yang disajikan pada pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Cut Mutia Lhokseumawe.
c.
Untuk mengetahui
variasi menu makanan lunak yang disajikan pada pasien di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe.
d.
Untuk mengetahui
porsi makanan yang disajikan pada pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Cut Mutia Lhokseumawe.
e.
Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima pasien terhadap bentuk makanan
lunak di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe.
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam melakukan penelitian
b. dapat menjadi bahan informasi dan bahan bacaan bagi mahasiswa yang
ingin melanjutkan penelitian
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan informasi bagi
Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Cut Metia Lhoksemawe serta sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun menu
bagi pasien.
E.
Keterbatasan Penelitian
Banyak
faktor yang berhubungan dengan daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak
di Rumah Sakit antara lain penampilan makanan, rasa makanan, variasi menu, umur
pasien, porsi makanan, penyakit yang diderita pasien, keadaan jasmani dan
keadaan gizi orang sakit. Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka
peneliti hanya meneliti tentang penampilan makanan, rasa makanan, variasi menu dan
porsi menu yang disajikan kepada pasien.
F. Keaslian Penelitian
Belum ada penelitian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima pasien terhadap bentuk makanan
lunak di RSU Cut Mutia Lhokseumawe. Namun ada yang hampir menyerupai penelitian
ini diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh:
1.
Penelitian
Ayu Pertiwi pada tahun 2010 dengan judul ‘’Faktor-faktor yang berhubungan
dengan terjadinya sisa makanan dengan unit cost di ruang perawatan RSUD Meraxa
Banda Aceh’’ diperoleh bahwa nasi dan sayuran merupakan bahan makanan yang
banyak disisakan oleh pasien dengan biaya unit cost untuk sehari yaitu Rp
114.634.
Adapun yang membedakan penelitian dahulu dengan penelitian
sekarang adalah penelitian terdahulu melihat
Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan dengan
unit cost sedangkan penelitian sekarang melihat Faktor-faktor yang mempengaruhi
daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak.
2.
Penelitian
Lestari pada tahun 2004 dengan judul’’Faktor-faktor yang berhubungan dengan
terjadinya sisa makanan lunak di ruang perawataan kelas III RSUD Langsa’’
diperoleh bahwa sisa makanan masih banyak disebabkan oleh lama perawatan daan jenis
kelamin.
Adapun yang membedakan penelitian dahulu dengan penelitian
sekarang adalah penelitian terdahulu melihat
Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan lunak di
ruang perawataan sedangkan penelitian sekarang melihat Faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima
pasien terhadap bentuk makanan lunak.
3.
Penelitian
Umi Azizah pada tahun 2003 dengan judul’’Hubungan faktor internal dan eksternal
pasien dengan sisa makanan’’diperoleh bahwa penyebab sisa makanan adalah nafsu
makan, penampilan makanan, besar porsi, rasa makanan dan variasi menu.
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian dahulu
adalah penelitian dahulu melihat Hubungan faktor internal dan eksternal pasien
dengan sisa makanan sedangkan penelitian sekarang melihat Faktor-faktor yang
mempengaruhi daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak.

TINJAUAN PUSTAKA
A.
Daya
Terima Makanan Lunak
Daya
terima adalah kesanggupan seseorang untuk menghabiskan makanan yang disajikan
sesuai dengan kebutuhannya. (Tanaka, 1998)
Beberapa
faktor yang menyababkan seseorang tidak dapat meghabiskan makanan yang
disajikan antara lain adalah faktor yang bersal dari dalam diri sendiri (faktor
internal) dan faktor eksternal (cita rasa makanan yaitu dari makanan.
(Suhardjo,1989)
Menurut
Moehyi (1992), faktor internal berkaitan dengan nafsu makan, kebiasaan makan, rasa
bosan yang menghinggapi seseorang serta adanya aturan makan tertentu. Nafsu
makan biasanya dipengaruhi oleh keadaan konsisi seseorang.
Pada
umumnya bagi seseorang yang sedang dalam keadaan sakit, nafsu makannya akan
menurun. Demikian pula sebaliknya, bagi seseorang dalam keadaan sehat, maka
nafsu makannya akan baik.
Sedangkan
faktor eksternal, yaitu faktor makanan yang disajikan terutama yang menyangkut
dengan kualitas makanan yang terdiri dari cita rasa makanan (penampilan dan rasa), waktu pembagian makanan,
serta cara penyajian. (Moehyi, 1992).
B.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Daya Terima Pasien Terhadap Bentuk Makanan Lunak
1. Faktor
sosial budaya
Orang sakit yang dirawat di Rumah
Sakit berasal dari kelompok masyarakat yang berbeda-beda baik adat istiadat,
kepercayaan, kebiasaan dan nilai-nilai yang mereka anut, bahkan mungkin juga
sebagai pandangan hidup.
Keseluruhan faktor ini secara
bersama-sama membentuk tingkah budaya manusia dalam hal makanan dan makan. Oleh
karena itu, harus diperhatikan oleh petugas dalam memberikan makanan pada
pasien. (Moehyi,1995)
|
2.
Faktor
psikologis
Pelayanan gizi yang baik untuk mereka adalah dengan memberikan
makanan biasa yang memenuhi kebutuhan gizi, kejiwaan(psikologis), estetika, dan
mengusahakan agar pasien dapat memakannya. Kehilangan kebebasan bagi pasien
untuk makan, kapan dan apa yang dia inginka, apakah dia ingin meninggalkan
tempat tidur atau tidak dan lain-lain dapat membuat mereka frustas.
(Depkes,1991)
Rasa tidak senang, rasa takut karena sakit, ketidakbebasan gerak
karena adanya penyakit yang dapat menimbulkan putus asa. Manifestasi rasa putus
asa itu sering berupa nafsu makan menurun, rasa mual dan sebagainya.
Faktor-faktor ini perlu mendapatkan perhatian sehingga pasien mau makan dan
menghabiskan porsi makanan yang disajikan kepadanya. (moehyi, 1995)
3.
Penampilan
makanan
Penampilan
yang ditimbulkan oleh makanan yang disajikan. Beberapa faktor berikut ini yang
berkaitan dengan penampilan makanan yaitu:
a.
Warna
Makanan
Warna
makanan adalah rupa hidangan yang disajikan dan dapat memberikan penampilan
lebih menarik terhadap makanan yang disajikan (West dan Wood, 1998).
b.
Kombinasi
warna adalah hal yang sangat diperlukan dan membantu dalam penerimaan suatu
makanan dan secara tidak langsung dapat merangsang selera makan, dimana
mempunyai daya tarik untuk dilihat, karena warna juga mempunyai dampak
psikologis pada konsumen.
Makanan yang bergizi,
enak dimakan dan aromanya juga enak, tidak akan dimakan apabila warnanya
memberikan kesan menyimpang dari warna yang seharusnya. (Winarno, 1992)
c.
Bentuk
makanan
Bentuk
makanan dapat juga digunakan untuk menimbulkan ketertarikan dalam menu karena
dari bermacam-macam bentuk makanan yang disajikan (Spear dan Vaden,1984).
Bentuk makanan yang serasi akan memberikan daya tarik tersendiri bagi setiap
makanan yang disajikan. (Moehyi, 1992)
4.
Porsi
makanan
Porsi
makanan adalah banyaknya makanan yang disajikan sesuai kebutuhan setiap
individu berbeda sesuai dengan kebiasaan makan. Porsi yang terlalu besar atau
kecil akan mempengaruhi penampilan makanan. Pentingnya porsi makanan tidak
hanya berkaitan dengan penerimaan dan perhitungan pemakaian bahan makanan
tetapi juga berkaitan erat dengan penampilan makanan waktu disajikan dan kebutuhan
gizi (Madjid, 1998 dalam Tatik Hartatik 2004).
Porsi
makanan berkenaan dengan penampilan makanan waktu disajikan juga berkenaan
dengan perencanaan dan perhitungan pemakaian bahan makanan, contohnya potongan
daging atau ayam yang terlalu kecil atau terlalu besar akan merugikan
penampilan makanan. Oleh karena itu dalam penyelenggaraan makanan institusi
dibutuhkan standar porsi yang berguna untuk menjadi acuan dalam menentukan
kebutuhan gizi yang dianjurkan.
5.
Penyajian
Makanan
Penyajian
makanan adalah perlakuan terakhir dalam penyelenggaraan makanan sebelum dikonsumsi,
penyajian makanan meliputi pemilihan alat, cara penyusunan makanan, dan
penghiasan hidangan. Penyajian makanan juga merupakan faktor penentu dalam
penampilan hidangan yang disajikan. (Moehyi, 1992)
Penyajian
makanan juga merupakan faktor penentu dalam penampilan hidangan yang disajikan
(Moehyi, 1992).
Cara
penyajian makanan merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian dalam
mempertahankan penampilan dari makanan yang disajikan (Depkes RI, 2003).
Penelitian Dwiyanti (2003)
Menunjukkan
penampilan yang menarik akan meningkatkan selera makan pasien dalam
mengkonsumsi makanan yang dihidangkan di rumah sakit.
6.
Variasi
menu
Variasi
menu yaitu variasi dalam menggunakan bahan makanan, resep makanan, dan variasi
makanan dalam suatu hidangan. Variasi menu akan merangsang selera makan,
makanan bervariasi makin menambah gairah untuk makan,akibatnya makanan yang
disajikan akan dapat dihabiskan. Satu jenis makanan yang dihidangkan
berkali-kali dalam waktu yang singkat akan membosankan konsumen. (Moehyi, 1989)
Menurut
Moehyi (1992), menu yang dianggap lazim di semua daerah di Indonesia umumnya
terdiri dari susunan hidangan sebagai berikut :
a. Hidangan makanan pokok yang umumnya terdiri dari nasi. Disebut
makanan pokok karena dari makanan inilah tubuh memperoleh sebagian zat gizi
yang diperlukan tubuh.
b. Hidangan lauk pauk, yaitu masakan yang terbuat dari bahan makanan
hewani atau nabati atau gabungan keduanya. Bahan makanan hewani yang digunakan
dapat berupa daging sapi, ayam, ikan atau berbagai jenis hasil laut lainnya.
Lauk pauk biasanya berupa lauk pauk yang berasal dari kacang-kacangan atau
hasil olahannya seperti tempe dan tahu. Bahan-bahan makanan itu dimasak dengan
cara, seperti masakan berkuah, masakan tanpa kuah, dibakar, dipanggang,
digoreng atau jenis makanan lainnya.
c. Hidangan berupa sayur-mayur. Biasanya hidangan ini berupa masakan
yang berkuah karena berfungsi sebagai pembasah nasi agar mudah ditelan.
Hidangan sayur-mayur dapat lebih dari satu macam masakan yang biasanya terdiri
dari gabungan masakan berkuah dan tidak berkuah.
d. Hidangan yang terdiri dari buah-buahan, baik dalam bentuk
buah-buahan segar atau buah-buahan yang diolah seperti setup atau sari buah.
7.
Penyakit
yang diderita
Penyakit
adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh
sehingga berada dalam keadaan yang tidak normal. Pasien di Rumah Sakit tidak
dapat makan makanan biasa dengan cara biasa melainkan sesuai dengan kondisi
pasien.
Pasien
sering mengalami hilangnya kemampuan makan(anoreksia) akibat penyakit yang
dideritanya. Dengan demikian pasien membutuhkan bentuk makanan tertentu yang
sesuai dengan kondisinya, sehingga pasien dapat memakan makanan yang te;lah
disajikan. (Mindi,2002)
8.
Faktor
selera makan
Warna
makanan, cara menyajikan makanan bahkan mungkin alat yang digunakan untuk
menyajikan harus dipilih sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan menarik dan
rasa senang pada orang sakit. Kombinasi dan variasi dari rasa, warna dan
bentuk(konsistensi) makanan akan mempengaruhi selera makan seseorang. Cara menghidangkan
waktu penyajian makanan, macam alat yang digunakan dan temperature hidangan
akan berpengaruh pula pada selera makan seseorang. Hidangan yang dimasak dengan
baik dan menarik dapat meningkat selera makan pasien. (Budianto,2002)
9.
Keadaan
gizi orang sakit
Pemeriksaan gizi orang sakit pada waktu mulai masuk rumah sakit
jarang dilakukan. Data yang tersedia biasanya adalah umur pasien, jenis
kelamin, berat badan dan tinggi badan, kadar haemoglobin yang digunakan untuk
mendapat gambaran keadaan gizi orang sakit.
Sebelum
ahli gizi menentukan diit bagi orang sakit berdasarkan petunjuk dari dokter
yang menangani orang sakit, sebaiknya ia mewawancarai lebih dahulu orang sakit
tersebut. Tujuannya untuk mengetahui keadaan penyakit, keluhan-keluhannya dan
juga untuk mengetahui kebiasaannya, kesukaan dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan makanannya. (moehyi,1995)
10. Keadaan jasmani orang sakit
Kondisi orang sakit paling baik adalah pada waktu bangun pagi,
setelah mendapat istirahat penuh dan tidur nyenyak pada malam harinya. Oleh
karena itu, makanan yang diberikan pada waktu pagi perlu diperhatikan agar
orang sakit dapat makan dalam jumlah yang cukup sehingga jika waktu makan siang
nafsu makan tidak begitu bai, orang sakit tidak akan menjadi terlalu lemah. Hal
ini berbeda dengan pendapat lazim dilingkungan keluarga bahwa makan paagi cukup
seadanya saja.
12. Rasa Makanan
Rasa
makanan lebih banyak melibatkan
penginderaan cecapan (lidah), penginderaan cecapan dapat dibagi menjadi cecapan
utama yaitu asin, manis asam dan pahit (Winarno,1997).
Mengkombinasikan
berbagai rasa sangat diperlukan dalam mencipatakan keunikan sebuah menu.
Dominasi satu macam rasa sangat tidak disukai.
Menurut Moehyi, (1992) Rasa makanan adalah rasa yang
ditimbulkan dari makanan yang disajikan dan merupakan faktor kedua yang
menentukan cita rasa makanan setelah penampilan makanan itu sendiri, adapun
beberapa komponen yang berperan dalam penentuan rasa makanan yaitu :
a.
Aroma
Makanan
Aroma Makanan adalah aroma
yang disebarkan oleh makanan yang mempunyai daya tarik yang sangat kuat dan
mampu merangsang indera penciuman sehingga mampu membangkitkan selera. Aroma
yang dikeluarkan oleh makanan berbeda-beda. Demikian pula cara memasak makanan
yang berbeda akan memberikan aroma yang berbeda pula. (Moehyi, 1992 )
b.
Bumbu
Masakan
Bumbu masakan adalah bahan
yang ditambahkan dengan maksud untuk mendapatkan rasa yang enak dan khas dalam
setiap pemasakan.
c.
Tekstur Makanan
Tekstur adalah hal yang
berkaitan dengan struktur makanan yang dirasakan dalam mulut. Gambaran dari
tekstur makanan meliputi krispi, empuk, berserat, halus, keras dan kenyal.
Keempukan dan kerenyahan (krispi) ditentukan oleh mutu bahan makanan yang
digunakan dan cara memasaknya (Moehyi, 1992). Bermacam-macam tekstur dalam
makanan lebih menyenangkan daripada satu macam tekstur.
d.
Suhu Makanan
Suhu makanan waktu disajkan memegang peranan
dalam penentuan cita rasa makanan. Namun makanan yang terlalu panas atau
terlalu dingan sangat mempengaruhi sensitifitas saraf pengecap terhadap rasa
makanan sehingga dapat menguranggi selera untuk.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.
Desain
Penelitian
Jenis penelitian ini
bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan crossectional untuk
menggambarkan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan daya terima pasien
terhadap bentuk makanan lunak di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Mutia
Lhokseumawe.
B.
Waktu
dan Tempat
Penelitian ini
direncanakan akan dilaksanakan pada bulan april tahun 2013 di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe.
C.
Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien yang mendapatkan makanan lunak di rawat
inap RSU Cut Mutia Lhokseumawe
2. Sampel
Sampel
dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap
di RSU Cut Mutia Lhokseumawe dengan kriteria sampel:
a. Pasien
berumur 17-50 tahun
b. Pasien
dalam keadaan sadar
c. Pasien
yang tidak mendapatkan makanan(diit) khusus
d. Tanpa
membedakan jenis kelamin
e. Minimal
pasien sudah dirawat 1 hari
f. Pasien
bersedia menjadi sampel
D.
Jenis
dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis
data
a. Data
Primer
16
|
b. Data
sekunder
Data yang merupakan gambaran umum Rumah
Sakit yang didapat dari profil Rumah Sakit tersebut.
2. Cara
pengumpulan data
a. Data
primer
Data tentang identitas pasien, pendidikan
dan pekerjaan pasien didapat melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner
terstruktur.
Data tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak didapat melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner.
b. Data
sekunder
Data mengenai gambaran
umum Rumah Sakit didapat dengan cara menelusuri dokumen atau profil Rumah
Sakit.
E.
Pengolahan
dan Analisa Data
1. Pengolahan
data
a. Data
daya terima makanan
Data tentang daya
terima makanan didapat dengan menggunakan scorring, dimana jumlah skor yang
paling tinggi adalah 3 dan yang paling rendah adalah 0, kemudian total nilai
yang didapat dari sampel dibagi dengan jumlah sampel.
Dapat di kategorikan
menjadi:
Baik ≥
Kurang baik ≤x
b. Faktor
penampilan makanan
Data tentang penampilan
makanan didapat dengan menggunakan
scorring, dimana jumlah skor yang paling tinggi adalah 3 dan yang paling rendah
adalah 0, kemudian total nilai yang didapat dari sampel dibagi dengan jumlah
sampel.
Dapat dikategorikan menjadi:
Menarik ≥x
Kurang menarik ≤x
c. Faktor
rasa makanan
Data tentang rasa makanan
makanan didapat terima makanan didapat dengan menggunakan scorring, dimana
jumlah skor yang paling tinggi adalah 3 dan yang paling rendah adalah 0,
kemudian total nilai yang didapat dari sampel dibagi dengan jumlah sampel
Dapat dikategorikan menjadi:
Enak ≥x
Kurang enak ≤x
d. Faktor
variasi menu
Data tentang variasi
menu makanan didapat dengan menggunakan
scorring, dimana jumlah skor yang paling tinggi adalah 3 dan yang paling rendah
adalah 0, kemudian total nilai yang didapat dari sampel dibagi dengan jumlah
sampel.
Dapat dikategorikan
menjadi:
Bervariasi ≥x
Kurang bervariasi ≤x
e. Faktor
porsi makanan
Data tentang porsi
makanan didapat dengan menggunakan
scorring, dimana jumlah skor yang paling tinggi adalah 3 dan yang paling rendah
adalah 0, kemudian total nilai yang didapat dari sampel dibagi dengan jumlah
sampel.
Dapat dikategorikan menjadi:
Sesuai dengan kebutuhan pasien
Kurang sesuai dengan kebutuhan pasien
2. Analisa
data
a. Univariate
Analisa data secara
deskriptif masing-masing variabel yang telah ditabulasikan untuk melihat
distribusi frekuensi tentang penampilan makanan, rasa makanan, variasi menu,
umur dan porsi makanan.
b. Bivariate
Untuk mengetahui data
dan faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima pasien terhadap bentuk makanan
lunak, maka dilakukan uji statistik dengan ‘’chi-square’’ test menggunakan
perangkat computer, dimana hipotesa kerja diterima apabila nilai p <0,05
pada tingkat kepercayaan 95% (α 0,05) yang menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna.0
F.
Penyajian
Data
Data yang diperoleh,
dikumpulkan, diolah, kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk tekstular
dan tabular.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc, 2008. Ilmu Gizi, Badan Penerbit Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, Universitas Trisakti, Jakarta.
Kartasapoetra, G. & Marsetyo. 2003. Ilmu
Gizi, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Andry Hartono, SpGK, 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit, Penerbit Buku Kedokteran.
Almatsier Sunita, 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gibney. J. Michael dkk, 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku Kedokteran.
Elizabeth Barton & Piot Maurice, 1992. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer,
WHO. Penerbit Buku Kedokteran.
Hartono Andry, DA., 2000. Asuhan Nutrisi Rumah, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Adisasmito Wiku, Ph. D., 2009. Sistem Kesehatan, Divisi Perguruan Tinggi, PT RajaGravindo Persada,
Jakarta.
Bartono & Ruffino EM SE, 2010. Tata Boga Industri, Penerbit ANDI
Yogyakarta.
Supariasa I Dewa Nyoman dkk, 2004. Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Almatsier Sunita, M.Sc. 2008. Penuntun Diet, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Haslinda, 2007. Pedoman
Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit, Penerbit Direktorat Bina Pelayanan
Medik Dasar.
Casinos Near Casino Wyandotte in WYandotte, NH - Mapyro
ReplyDeleteCasinos 여수 출장안마 Near 서귀포 출장샵 Casinos in 군산 출장샵 Wyandotte, NH - 상주 출장안마 Mapyro 안동 출장마사지