AdN

loading...

Wednesday, November 8, 2017

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe


Mulai KTI Jurusan Gizi ya.... yang Jurusan Keperawatan Gigi cukup yang sudah ada dulu ya, ntar kapan-kapan ditambah lagi.


 
BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Pelayananan gizi rumah sakit merupakan salah satu fasilitas dan pelayanan yang harus ada di rumah sakit. Dalam kegiatannya diatur dengan mempertimbangkan kebutuhan klinis, masyarakat, keamanan, kebersihan serta manajemen tepat guna. Tujuan  dari usaha pelayanan gizi di rumah sakit agar tercapainya kesembuhan penderita di dalam waktu sesingkat mungkin (Depkes, 1990).
Rumah sakit adalah salah satu lingkungan masyarakat yang sedang sakit dan setiap harinya memerlukan makan. Bila penanganannya tidak secara profesional akan berakibat makin jeleknya status gizi si sakit dan bahkan bisa menambah buruknya tingkat kesehatan yang berarti memperpanjang hari rawat. Makanan yang bermutu gizinya sangat berguna untuk memelihara kesehatan tubuh terutama untuk perawatan dan penyembuhan penyakit. Makanan yang memenuhi kebutuhan gizi dan termakan habis oleh pasien akan dapat mempercepat penyembuhan dan memperpendek hari rawat (Depkes RI, 1991).
Standar umum makanan rumah sakit terdiri dari Makanan Biasa, Makanan Lunak, Makanan Saring dan Makanan Cair. Dimana bentuk makanan ini diberikan sesuai dengan jenis penyakit berdasarkan berat ringannya suatu penyakit serta kesanggupan pasien.
Makanan Lunak merupakan makanan yang diberikan kepada pasien dengan jenis penyakit dan berat ringannya suatu penyakit yang bertujuan untuk mempercepat penyembuhan. Bila makanan terutama Makanan Lunak yang disajikan oleh rumah sakit tidak dihabiskan /tidak dimakan oleh orang sakit, maka peranan makanan rumah sakit sebagai salah satu alat penyembuhan tidak akan tercapai (Azhali, 2006).
1
Berdasarkan Surat Keterangan Menteri Kesehatan No.134/Menkes/                   IV/1978 bahwa ada 4 kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit yaitu kegiatan pengadaan dan penyediaan makanan, kegiatan pelayanan gizi rawat inap, kegiatan penyuluhan dan konsultasi serta rujukan gizi, serta kegiatan penelitian dan pengembangan gizi terapan. (Depkes RI, 1991). Keempat kegiatan tersebut dilaksanakan di rumah sakit dengan pertimbangan kesiapan tenaga atau sumber daya manusia, saran dan prasarana serta manajemen yang baik.
Pelayanan makan pasien di rumah sakit bertujuan untuk mencukupi kebutuhan zat-zat gizi pasien guna menunjang proses penyembuhan dan mencapai status gizi normal. Namun sampai sekarang mutu pelayanan makan di rumah sakit belum dapat dikatakan memadai. Masalah yang dihadapi masih merupakan masalah mendasar seperti kekurangan sumber daya, biaya, tenaga dan sarana fisik. Pelayanan makanan juga merupakan komponen yang cukup besar dalam pembiayaan rumah sakit sehingga perlu dikelola secara efektif dan efisien.
Menurut Suharjo (1999) mengkonsumsi pangan berarti juga mengkonsumsi zat gizinya. Salah satu faktor penyebab terjadinya kurang gizi adalah kurangnya intake zat gizi essensial karena makanan yang dikonsumsi tidak cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Bila keadaan ini terjadi pada penderita yang dirawat di rumah sakit, selain akan menurunkan status gizi penderita, juga akan memperpanjang hari rawat dan meningkatkan biaya perawatan. Berbagai faktor penyebab kurang gizi pada pasien yang dirawat, diantaranya adalah asupan zat gizi yang kurang karena kondisi pasien, hilangnya nafsu makan, faktor ekonomi, depresi(faktor stress), kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan lama dirawat yang dapat menimbulkan kebosanan terhadap makanan yang disajikan.
Ada beberapa faktor yang menentukan bagaimana seseorang memilih makanan  yaitu  kesenangan  dan  ketidaksenangan,  kebiasaan,   daya   beli   serta ketersediaan makanan, kepercayaan dan ketakhyulan, aktualisasi diri, faktor agama  serta psikologis dan yang paling akhir dan sering tidak dianggap penting, pertimbangan gizi dan kesehatan. (Hartono,2002)
Menurut Djamaluddin (2002) jenis kelamin, tingkat pendidikan, kelompok umur dan cita rasa pasien juga mempengaruhi seseorang dalam memilih makanan yang dikonsumsi. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan Adi dan Riani pada tahun 2004 diperoleh bahwa makanan yang tidak dihabiskan di ruang rawat inap RSUD Kab. Tabanan Bali sebesar 35,7% dari porsi awal dan pasien ditaksir hanya menkonsumsi 51,5% dari pedoman standar diet. Faktor penampilan makanan menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.
Kemudian hasil survey yang dilakukan oleh Iriani (2001) di Badan Pelayanan Kesehatan RSU Zainal Abidin Banda Aceh diperoleh bahwa penerimaan pasien terhadap makanan (diet) khusus yang berkonsistensi lunak yang disajikan di kelas I RSUZA Banda Aceh masih rendah (belum dapat diterima oleh pasien), sebagian pasien menolak makanan khusus lunak yang disajikan dan tidak menghabiskan makanan yang disajikan. Hal ini dikarenakan pasien tidak menyukai makanan yang tidak biasa mereka makan.
Berdasarkan data-data diatas, maka peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe.

B. Perumusan Masalah
    Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: ‘’Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe” .

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Khusus
         Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe
2. Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui penampilan makanan yang disajikan pada pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe
b.      Untuk mengetahui rasa makanan yang disajikan pada pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe.
c.       Untuk mengetahui variasi menu makanan lunak yang disajikan pada pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe.
d.      Untuk mengetahui porsi makanan yang disajikan pada pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe.
e.       Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a.    dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam melakukan penelitian
b.    dapat menjadi bahan informasi dan bahan bacaan bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan penelitian

2.    Manfaat Praktis
Sebagai bahan informasi bagi Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe tentang faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Metia Lhoksemawe serta sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun menu bagi pasien.

E. Keterbatasan Penelitian
Banyak faktor yang berhubungan dengan daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak di Rumah Sakit antara lain penampilan makanan, rasa makanan, variasi menu, umur pasien, porsi makanan, penyakit yang diderita pasien, keadaan jasmani dan keadaan gizi orang sakit. Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka peneliti hanya meneliti tentang penampilan makanan, rasa makanan, variasi menu dan porsi menu yang disajikan kepada pasien.

F. Keaslian Penelitian
Belum ada penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak di RSU Cut Mutia Lhokseumawe. Namun ada yang hampir menyerupai penelitian ini diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh:
1.      Penelitian Ayu Pertiwi pada tahun 2010 dengan judul ‘’Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan dengan unit cost di ruang perawatan RSUD Meraxa Banda Aceh’’ diperoleh bahwa nasi dan sayuran merupakan bahan makanan yang banyak disisakan oleh pasien dengan biaya unit cost untuk sehari yaitu Rp 114.634.
Adapun yang membedakan penelitian dahulu dengan penelitian sekarang adalah penelitian terdahulu melihat  Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan dengan unit cost sedangkan penelitian sekarang melihat Faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak.
2.      Penelitian Lestari pada tahun 2004 dengan judul’’Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan lunak di ruang perawataan kelas III RSUD Langsa’’ diperoleh bahwa sisa makanan masih banyak disebabkan oleh lama perawatan daan jenis kelamin.
Adapun yang membedakan penelitian dahulu dengan penelitian sekarang adalah penelitian terdahulu melihat  Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa makanan lunak di ruang perawataan sedangkan penelitian sekarang melihat  Faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak.
3.      Penelitian Umi Azizah pada tahun 2003 dengan judul’’Hubungan faktor internal dan eksternal pasien dengan sisa makanan’’diperoleh bahwa penyebab sisa makanan adalah nafsu makan, penampilan makanan, besar porsi, rasa makanan dan variasi menu.
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian dahulu adalah penelitian dahulu melihat Hubungan faktor internal dan eksternal pasien dengan sisa makanan sedangkan penelitian sekarang melihat Faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Daya Terima Makanan Lunak
Daya terima adalah kesanggupan seseorang untuk menghabiskan makanan yang disajikan sesuai dengan kebutuhannya. (Tanaka, 1998)
Beberapa faktor yang menyababkan seseorang tidak dapat meghabiskan makanan yang disajikan antara lain adalah faktor yang bersal dari dalam diri sendiri (faktor internal) dan faktor eksternal (cita rasa makanan yaitu dari makanan. (Suhardjo,1989)
Menurut Moehyi (1992), faktor internal berkaitan dengan nafsu makan, kebiasaan makan, rasa bosan yang menghinggapi seseorang serta adanya aturan makan tertentu. Nafsu makan biasanya dipengaruhi oleh keadaan konsisi seseorang.
Pada umumnya bagi seseorang yang sedang dalam keadaan sakit, nafsu makannya akan menurun. Demikian pula sebaliknya, bagi seseorang dalam keadaan sehat, maka nafsu makannya akan baik.
Sedangkan faktor eksternal, yaitu faktor makanan yang disajikan terutama yang menyangkut dengan kualitas makanan yang terdiri dari cita rasa makanan  (penampilan dan rasa), waktu pembagian makanan, serta cara penyajian. (Moehyi, 1992).

B.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Terima Pasien Terhadap Bentuk Makanan Lunak
1.      Faktor sosial budaya
Orang sakit yang dirawat di Rumah Sakit berasal dari kelompok masyarakat yang berbeda-beda baik adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan dan nilai-nilai yang mereka anut, bahkan mungkin juga sebagai pandangan hidup.
Keseluruhan faktor ini secara bersama-sama membentuk tingkah budaya manusia dalam hal makanan dan makan. Oleh karena itu, harus diperhatikan oleh petugas dalam memberikan makanan pada pasien. (Moehyi,1995)



6
 
 
2.      Faktor psikologis
    Pelayanan gizi yang  baik untuk mereka adalah dengan memberikan makanan biasa yang memenuhi kebutuhan gizi, kejiwaan(psikologis), estetika, dan mengusahakan agar pasien dapat memakannya. Kehilangan kebebasan bagi pasien untuk makan, kapan dan apa yang dia inginka, apakah dia ingin meninggalkan tempat tidur atau tidak dan lain-lain dapat membuat mereka frustas. (Depkes,1991)
Rasa tidak senang, rasa takut karena sakit, ketidakbebasan gerak karena adanya penyakit yang dapat menimbulkan putus asa. Manifestasi rasa putus asa itu sering berupa nafsu makan menurun, rasa mual dan sebagainya. Faktor-faktor ini perlu mendapatkan perhatian sehingga pasien mau makan dan menghabiskan porsi makanan yang disajikan kepadanya. (moehyi, 1995)

3.      Penampilan makanan
Penampilan yang ditimbulkan oleh makanan yang disajikan. Beberapa faktor berikut ini yang berkaitan dengan penampilan makanan yaitu:
a.       Warna Makanan
Warna makanan adalah rupa hidangan yang disajikan dan dapat memberikan penampilan lebih menarik terhadap makanan yang disajikan (West dan Wood, 1998).
b.      Kombinasi warna adalah hal yang sangat diperlukan dan membantu dalam penerimaan suatu makanan dan secara tidak langsung dapat merangsang selera makan, dimana mempunyai daya tarik untuk dilihat, karena warna juga mempunyai dampak psikologis pada konsumen.
Makanan yang bergizi, enak dimakan dan aromanya juga enak, tidak akan dimakan apabila warnanya memberikan kesan menyimpang dari warna yang seharusnya. (Winarno, 1992)
c.       Bentuk makanan
Bentuk makanan dapat juga digunakan untuk menimbulkan ketertarikan dalam menu karena dari bermacam-macam bentuk makanan yang disajikan (Spear dan Vaden,1984). Bentuk makanan yang serasi akan memberikan daya tarik tersendiri bagi setiap makanan yang disajikan. (Moehyi, 1992)

4.      Porsi makanan
Porsi makanan adalah banyaknya makanan yang disajikan sesuai kebutuhan setiap individu berbeda sesuai dengan kebiasaan makan. Porsi yang terlalu besar atau kecil akan mempengaruhi penampilan makanan. Pentingnya porsi makanan tidak hanya berkaitan dengan penerimaan dan perhitungan pemakaian bahan makanan tetapi juga berkaitan erat dengan penampilan makanan waktu disajikan dan kebutuhan gizi (Madjid, 1998 dalam Tatik Hartatik 2004).
Porsi makanan berkenaan dengan penampilan makanan waktu disajikan juga berkenaan dengan perencanaan dan perhitungan pemakaian bahan makanan, contohnya potongan daging atau ayam yang terlalu kecil atau terlalu besar akan merugikan penampilan makanan. Oleh karena itu dalam penyelenggaraan makanan institusi dibutuhkan standar porsi yang berguna untuk menjadi acuan dalam menentukan kebutuhan gizi yang dianjurkan.

5.      Penyajian Makanan
Penyajian makanan adalah perlakuan terakhir dalam penyelenggaraan makanan sebelum dikonsumsi, penyajian makanan meliputi pemilihan alat, cara penyusunan makanan, dan penghiasan hidangan. Penyajian makanan juga merupakan faktor penentu dalam penampilan hidangan yang disajikan. (Moehyi, 1992)
Penyajian makanan juga merupakan faktor penentu dalam penampilan hidangan yang disajikan (Moehyi, 1992).
Cara penyajian makanan merupakan faktor yang perlu mendapat perhatian dalam mempertahankan penampilan dari makanan yang disajikan (Depkes RI, 2003). Penelitian Dwiyanti (2003)
Menunjukkan penampilan yang menarik akan meningkatkan selera makan pasien dalam mengkonsumsi makanan yang dihidangkan di rumah sakit.
6.      Variasi menu
Variasi menu yaitu variasi dalam menggunakan bahan makanan, resep makanan, dan variasi makanan dalam suatu hidangan. Variasi menu akan merangsang selera makan, makanan bervariasi makin menambah gairah untuk makan,akibatnya makanan yang disajikan akan dapat dihabiskan. Satu jenis makanan yang dihidangkan berkali-kali dalam waktu yang singkat akan membosankan konsumen. (Moehyi, 1989)
Menurut Moehyi (1992), menu yang dianggap lazim di semua daerah di Indonesia umumnya terdiri dari susunan hidangan sebagai berikut :
a.    Hidangan makanan pokok yang umumnya terdiri dari nasi. Disebut makanan pokok karena dari makanan inilah tubuh memperoleh sebagian zat gizi yang diperlukan tubuh.
b.   Hidangan lauk pauk, yaitu masakan yang terbuat dari bahan makanan hewani atau nabati atau gabungan keduanya. Bahan makanan hewani yang digunakan dapat berupa daging sapi, ayam, ikan atau berbagai jenis hasil laut lainnya. Lauk pauk biasanya berupa lauk pauk yang berasal dari kacang-kacangan atau hasil olahannya seperti tempe dan tahu. Bahan-bahan makanan itu dimasak dengan cara, seperti masakan berkuah, masakan tanpa kuah, dibakar, dipanggang, digoreng atau jenis makanan lainnya.
c.    Hidangan berupa sayur-mayur. Biasanya hidangan ini berupa masakan yang berkuah karena berfungsi sebagai pembasah nasi agar mudah ditelan. Hidangan sayur-mayur dapat lebih dari satu macam masakan yang biasanya terdiri dari gabungan masakan berkuah dan tidak berkuah.
d.   Hidangan yang terdiri dari buah-buahan, baik dalam bentuk buah-buahan segar atau buah-buahan yang diolah seperti setup atau sari buah.

7.      Penyakit yang diderita
Penyakit adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan yang tidak normal. Pasien di Rumah Sakit tidak dapat makan makanan biasa dengan cara biasa melainkan sesuai dengan kondisi pasien.
Pasien sering mengalami hilangnya kemampuan makan(anoreksia) akibat penyakit yang dideritanya. Dengan demikian pasien membutuhkan bentuk makanan tertentu yang sesuai dengan kondisinya, sehingga pasien dapat memakan makanan yang te;lah disajikan. (Mindi,2002)

8.      Faktor selera makan
Warna makanan, cara menyajikan makanan bahkan mungkin alat yang digunakan untuk menyajikan harus dipilih sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan menarik dan rasa senang pada orang sakit. Kombinasi dan variasi dari rasa, warna dan bentuk(konsistensi) makanan akan mempengaruhi selera makan seseorang. Cara menghidangkan waktu penyajian makanan, macam alat yang digunakan dan temperature hidangan akan berpengaruh pula pada selera makan seseorang. Hidangan yang dimasak dengan baik dan menarik dapat meningkat selera makan pasien. (Budianto,2002)

9.      Keadaan gizi orang sakit
Pemeriksaan gizi orang sakit pada waktu mulai masuk rumah sakit jarang dilakukan. Data yang tersedia biasanya adalah umur pasien, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan, kadar haemoglobin yang digunakan untuk mendapat gambaran keadaan gizi orang sakit.
Sebelum ahli gizi menentukan diit bagi orang sakit berdasarkan petunjuk dari dokter yang menangani orang sakit, sebaiknya ia mewawancarai lebih dahulu orang sakit tersebut. Tujuannya untuk mengetahui keadaan penyakit, keluhan-keluhannya dan juga untuk mengetahui kebiasaannya, kesukaan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan makanannya. (moehyi,1995)

10.  Keadaan jasmani orang sakit
Kondisi orang sakit paling baik adalah pada waktu bangun pagi, setelah mendapat istirahat penuh dan tidur nyenyak pada malam harinya. Oleh karena itu, makanan yang diberikan pada waktu pagi perlu diperhatikan agar orang sakit dapat makan dalam jumlah yang cukup sehingga jika waktu makan siang nafsu makan tidak begitu bai, orang sakit tidak akan menjadi terlalu lemah. Hal ini berbeda dengan pendapat lazim dilingkungan keluarga bahwa makan paagi cukup seadanya saja.

12.    Rasa Makanan
Rasa makanan  lebih banyak melibatkan penginderaan cecapan (lidah), penginderaan cecapan dapat dibagi menjadi cecapan utama yaitu asin, manis asam dan pahit (Winarno,1997).
Mengkombinasikan berbagai rasa sangat diperlukan dalam mencipatakan keunikan sebuah menu. Dominasi satu macam rasa sangat tidak disukai.
Menurut  Moehyi, (1992) Rasa makanan adalah rasa yang ditimbulkan dari makanan yang disajikan dan merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa makanan setelah penampilan makanan itu sendiri, adapun beberapa komponen yang berperan dalam penentuan rasa makanan yaitu :
a.       Aroma Makanan
Aroma Makanan adalah aroma yang disebarkan oleh makanan yang mempunyai daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga mampu membangkitkan selera. Aroma yang dikeluarkan oleh makanan berbeda-beda. Demikian pula cara memasak makanan yang berbeda akan memberikan aroma yang berbeda pula.  (Moehyi, 1992 )

b.      Bumbu Masakan
Bumbu masakan adalah bahan yang ditambahkan dengan maksud untuk mendapatkan rasa yang enak dan khas dalam setiap pemasakan.  
c.        Tekstur Makanan
Tekstur adalah hal yang berkaitan dengan struktur makanan yang dirasakan dalam mulut. Gambaran dari tekstur makanan meliputi krispi, empuk, berserat, halus, keras dan kenyal. Keempukan dan kerenyahan (krispi) ditentukan oleh mutu bahan makanan yang digunakan dan cara memasaknya (Moehyi, 1992). Bermacam-macam tekstur dalam makanan lebih menyenangkan daripada satu macam tekstur. 

d.       Suhu Makanan  
Suhu makanan waktu disajkan memegang peranan dalam penentuan cita rasa makanan. Namun makanan yang terlalu panas atau terlalu dingan sangat mempengaruhi sensitifitas saraf pengecap terhadap rasa makanan sehingga dapat menguranggi selera untuk.







BAB IV
METODE PENELITIAN

A.     Desain Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan crossectional untuk menggambarkan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe.

B.     Waktu dan Tempat
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan april tahun 2013 di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Cut Mutia Lhokseumawe.

C.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang mendapatkan makanan lunak di rawat inap   RSU Cut  Mutia Lhokseumawe
2.      Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap  di RSU Cut Mutia Lhokseumawe dengan kriteria sampel:
a.       Pasien berumur 17-50 tahun
b.      Pasien dalam keadaan sadar
c.       Pasien yang tidak mendapatkan makanan(diit) khusus
d.      Tanpa membedakan jenis kelamin
e.       Minimal pasien sudah dirawat 1 hari
f.       Pasien bersedia menjadi sampel

D.     Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1.      Jenis data
a.       Data Primer
16
Data  tentang identitas pasien, pendidikan dan pekerjaan pasien. Data tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak yaitu penampilan makanan, rasa makanan, variasi menu dan porsi makanan.
b.      Data sekunder
Data yang merupakan gambaran umum Rumah Sakit yang didapat dari profil Rumah Sakit tersebut.

2.      Cara pengumpulan data
a.       Data primer
Data tentang identitas pasien, pendidikan dan pekerjaan pasien didapat melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Data tentang faktor-faktor yang berhubungan    dengan   daya terima pasien   terhadap bentuk makanan lunak didapat melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.
b.      Data sekunder
Data mengenai gambaran umum Rumah Sakit didapat dengan cara menelusuri dokumen atau profil Rumah Sakit.

E.     Pengolahan dan Analisa Data
1.      Pengolahan data
a.       Data daya terima makanan
Data tentang daya terima makanan didapat dengan menggunakan scorring, dimana jumlah skor yang paling tinggi adalah 3 dan yang paling rendah adalah 0, kemudian total nilai yang didapat dari sampel dibagi dengan jumlah sampel.
Dapat di kategorikan menjadi:
Baik                        
Kurang baik          ≤x
b.      Faktor penampilan makanan
Data tentang penampilan makanan didapat  dengan menggunakan scorring, dimana jumlah skor yang paling tinggi adalah 3 dan yang paling rendah adalah 0, kemudian total nilai yang didapat dari sampel dibagi dengan jumlah sampel.
Dapat dikategorikan menjadi:
Menarik                           ≥x
Kurang menarik              ≤x
c.       Faktor rasa makanan
Data tentang rasa makanan makanan didapat terima makanan didapat dengan menggunakan scorring, dimana jumlah skor yang paling tinggi adalah 3 dan yang paling rendah adalah 0, kemudian total nilai yang didapat dari sampel dibagi dengan jumlah sampel
Dapat dikategorikan menjadi:
Enak                           ≥x
Kurang enak              ≤x
d.      Faktor variasi menu
Data tentang variasi menu makanan  didapat dengan menggunakan scorring, dimana jumlah skor yang paling tinggi adalah 3 dan yang paling rendah adalah 0, kemudian total nilai yang didapat dari sampel dibagi dengan jumlah sampel.
Dapat dikategorikan menjadi:
Bervariasi                          ≥x
Kurang bervariasi              ≤x
e.       Faktor porsi makanan
Data tentang porsi makanan  didapat dengan menggunakan scorring, dimana jumlah skor yang paling tinggi adalah 3 dan yang paling rendah adalah 0, kemudian total nilai yang didapat dari sampel dibagi dengan jumlah sampel. 
Dapat dikategorikan menjadi:
Sesuai dengan kebutuhan pasien
Kurang sesuai dengan kebutuhan pasien

2.      Analisa data
a.       Univariate
Analisa data secara deskriptif masing-masing variabel yang telah ditabulasikan untuk melihat distribusi frekuensi tentang penampilan makanan, rasa makanan, variasi menu, umur dan porsi makanan.
b.      Bivariate
Untuk mengetahui data dan faktor-faktor yang mempengaruhi daya terima pasien terhadap bentuk makanan lunak, maka dilakukan uji statistik dengan ‘’chi-square’’ test menggunakan perangkat computer, dimana hipotesa kerja diterima apabila nilai p <0,05 pada tingkat kepercayaan 95% (α 0,05) yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.0

F.      Penyajian Data
Data yang diperoleh, dikumpulkan, diolah, kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.





DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc, 2008. Ilmu Gizi, Badan Penerbit Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Universitas Trisakti, Jakarta.
Kartasapoetra, G. & Marsetyo. 2003.  Ilmu Gizi,  PT Rineka Cipta, Jakarta.
Andry Hartono, SpGK, 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit, Penerbit Buku Kedokteran.
Almatsier Sunita, 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gibney. J. Michael dkk, 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat, Penerbit Buku Kedokteran.
Elizabeth Barton & Piot Maurice, 1992. Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer, WHO. Penerbit Buku Kedokteran.
Hartono Andry, DA., 2000. Asuhan Nutrisi Rumah, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Adisasmito Wiku, Ph. D., 2009. Sistem Kesehatan, Divisi Perguruan Tinggi, PT RajaGravindo Persada, Jakarta.
Bartono & Ruffino EM SE, 2010. Tata Boga Industri, Penerbit ANDI Yogyakarta.
Supariasa I Dewa Nyoman dkk, 2004. Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Almatsier Sunita, M.Sc. 2008. Penuntun Diet, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Haslinda, 2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit, Penerbit Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar.
 

1 comment: