HUBUNGAN TINGKAT PENGHASILAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN
STATUS KARIES GIGI PADA MURID KELAS V
SD NEGERI GUE GAJAH KECAMATAN DARUL IMARAH
KABUPATEN ACEH BESAR
ABSTRAK
Tingkat
penghasilan dan pendidikan mempengaruhi perilaku hidup sehat pada
seseorang.penghasilan mempunyai pengaruh langsung pada perawatan medis,karies
pada anak sangat dipengaruhi oleh peran orang tua hal ini disebabkan oleh
tingkat ketergantungan anak yang sangat tinggi terhadap orang tua,pengetahuan
orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung
atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak oleh karena itu pengetahuan
diperoleh dari proses pendidikan .berdasarkan penelitian awal di SD NEGERI GUE
GAJAH pada 10 murid yang diperiksa 5 anak diantarnya mengalami DMF-T tinggi,3
murid memiliki status karies katagori sedang,dan 2 anak memiliki status DMF-T
dengan kategori rendah.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
tingkat penghasilan dan pendidikan orang tua dengan status karies gigi pada
murid kelas V SD NEGERI GUE GAJAH kecamatan darul imarah kabupaten aceh besar.
Penelitian ini
bersifat analitik dengan teknik total sample.subyek
penelitian ini seluruh orang tua (ayah/ibu) murid SD NEGERI GUE GAJAH yang
berjumlah 60 orang.hasil penelitian di uji statistic menggunakan program SPSS
dengan uji chi square.
Hasil penelitian
menunjukkan responden dengan penghasilan ayah terbanyak pada kriteria rendah
yaitu sebanyak 23 orang (77%),penghasilan ibu yang memiliki
penghasilanterbanyak pada kriteria rendah yaitu sebanyak 26 orang 87%),dan
pendidikan ayah terbanyak pada kriteria sedang yaitu sebanyak 24 orang
(80%),pendidikan ibu terbanyak dari kriteria sedang yaitu sebanyak 17 orang
(57%).berdasarkanhasil uji statistik bahwa tidak ada hubungan antara
penghasilan ayah dengan status karies (P=0,09).Berdasarkan hasil uji statistik
bahwa tidak ada hubungan antara penghasilan ibu dengan status karies
(P=0,11).dan Berdasarkan hasil uji statistik bahwa ada hubungan antara
pendidikan ayah dengan status karies (P=0,04),Berdasarkan hasil uji statistik
bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status karies (P=0,02).
Dapat di simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
penghasilan ayah dan ibu dengan status karies murid,serta ada hubungan antara
pendidikan ayah dan ibu dengan status karies murid.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia produktif secara sosial dan ekonomi.
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan
secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Undang-undang kesehatan nomor
36 tahun 2009 pasal 47 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan
setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan masyarakat
(Depkes RI, 2009).
Kesehatan gigi dan mulut
merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lainnya sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh.
Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan satu upaya dalam meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut (Riyanti, 2005).
1
|
Karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan
mulut masyarakat Indonesia. Menggosok
gigi merupakan masalah yang sering
diabaikan oleh masyarakat. Penyebab karies salah satunya karena sisa makanan
yang menempel pada permukaan gigi. Upaya preventif yang paling efektif adalah
menjaga kebersihan gigi dan mulut dari sisa-sisa makanan yang menempel pada
gigi. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya dengan menggosok gigi secara
teratur dan benar, antara lain dilakukan setelah makan atau saat akan tidur
malam (panjaitan 1995).
Masalah tingginya angka karies pada anak sangat dipengaruhi oleh
peran serta orang tua, khususnya ibu. Hal ini disebabkan oleh tingkat
ketergantungan anak yang sangat tinggi terhadap orang tua. Peran serta orangtua
sangat diperlukan didalam membimbing, memberikan pengertian, mengingatkan dan
menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat memelihara kesehatan gigi dan
mulutnya. Selain itu orang tua juga mempunyai peran yang cukup besar didalam
mencegah terjadinya akumulasi plak dan terjadinya karies pada anak. Pengetahuan
orang tua sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung
atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut anak. Pengetahuan tersebut dapat
diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan
(Margareta, 2010).
Status ekonomi dan tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku hidup
sehat pada seseorang. Mulder (2011) Pendapatan mempunyai pengaruh langsung pada
perawatan medis, jika pendapatan meningkat biaya untuk perawatan kesehatan pun
ikut meningkat. Nissim (2010) Orang dengan status ekonomi dan tingkat
pendidikan yang rendah cenderung mengabaikan perilaku hidup sehat. Mulder
(2011) Anak-anak dari kelompok ekonomi rendah cenderung berada pada resiko
karies yang parah. Maliderou (2006) Karies dijumpai lebih sedikit pada kelompok
sosial ekonomi tinggi dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya
minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Pendidikan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan, seseorang yang memiliki
tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang
kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat (Sondang.
P, 2008).
Rendahnya tingkat kesehatan buka saja merupakan kegagalan
pelayanan kesehatan, tetapi berkaitan dengan ketidakcukupan pendapatan,
pendidikan dan perumahan (Kent, 2005). Tingkatan penghasilan yang tinggi akan
meningkatkan upaya pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Demikian juga dengan tingkatan pendapatan yang rendah akan berdampak kurangnya
pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya
beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan kesehatan
yang lebih baik kepada anaknya. Orang dengan kemampuan ekonomi kurang akan
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, sehingga akan sulit memberikan
pelayanan kesehatan untuk keluarganya (Notoadmodjo, 2003).
Anak usia sekolah di seluruh dunia diperkirakan 90% pernah
menderita karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan Amerika
Latin, dan prevalensi terendah terdapat di Afrika (Pratiwi, 2007). Berdasarkan
Riskesdas (2013)Persentase penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut tahun
2007 dan 2013 meningkat dari 23,2% menjadi 25,9%, dan Indeks DMF-T di Indonesia
sebesar 4,6%. Provinsi Aceh menunjukkan prevalensi penduduk bermasalah gigi dan
mulut sebesar 30,5% dan yang mengalami karies gigi aktif 1,4%. Presentase
penduduk Aceh umur ≥10 tahun yang menyikat gigi setiap hari sebesar 89,9%,
sesudah makan pagi 4,1%, sebelum tidur malam 29,7%, dan yang menyikat gigi
dengan benar sebesar 2,2%.
Anak memasuki usia sekolah pada umumnya mempunyai resiko karies
yang tinggi, karena pada usia ini anak-anak suka jajan sembarangan seperti
makanan yang manis dan lengket (kariogenik) (Worotijan dkk,
2013).Penghasilan dan pendidikan orang tua merupakan faktor yang mempengaruhi
status kesehatan, sebab dalam memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan
tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan lebih memungkinkan bagi kelompok
yang berpenghasilan dan berpendidikan tinggi dibandingkan dengan kelompok yang
berpenghasilan dan yang berpendidikan rendah perilaku hidup sehat dapat
dipengaruhi oleh sosial ekonomi seseorang. Beberapa faktor yang mempengaruhi
sosial ekonomi yaitu pendidikan, pendapatan, serta orang tua. Pendidikan yang
lebih tinggi memiliki sifat yang positif tentang kesehatan dan mempromosikan
perilaku hidup sehat. Pendapat mempunyai pengaruh langsung dalam perawatan
medis, jika pendapatan meningkat maka biaya untuk perawatan kesehatan pun ikut
meningkat. Orang tua merupakan pondasi awal untuk membangun kehidupan sosial
ekonomi secara luas menjadi lebih baik, khususnya ibu. Dimana peran aktif ibu
terhadap perkembangan seorang anak sangat diperlukan dalam memberikan dasar
pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, mematuhi peraturan dan menanamkan
kebiasaan-kebiasaan baik, terutama dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya
(Ngantung dkk., 2015).
Bedasarkan hasil pemeriksaan awal yang dilakukan oleh penulis di
SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar dari 10 anak
yang diperiksa 50% anak diantaranya mengalami karies dengan status DMF-T
tinggi, 30% anak memiliki status katagori sedang, dan 20%
anak memiliki status DMF-T dengan katagori rendah.
SD Negeri Gue Gajah terdapat di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten
Aceh Besar dengan jumlah murid kelas V sebanyak 30 orang. laki-laki sebanyak 13
orang dan perempuan sebanyak 17 orang. Penelitian di sekolah ini disebabkan oleh belum
pernah/belum terlaksananya penyuluhan kesehatan gigi dan mulut khususnya
mengenai Hubungan tingkat penghasilan dan pendidikan orang
tua dengan dari status karies gigi pada kelas V SD Negeri Gue Gajah Kecamatan
Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Berdasarkan data-data tersebut, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan tingkat penghasilan dan pendidikan orang tua dengandari
status karies gigi pada murid kelas V SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul
Imarah Kabupaten Aceh Besar”.
B.
Perumusan Masalah
Dari uraian diatas, yang menjadi rumusan masalahnya “Hubungan
tingkat penghasilan dan pendidikan orang tua dengan dari status karies gigi
pada murid kelas V SD Negeri Gue Gajah
Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar?
C.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup materi pada penelitian ini dibatasi Hubungan tingkat
penghasilan dan pendidikan orang tua dengan dari status karies gigi pada murid
kelas V SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
D. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan
tingkat penghasilan dan pendidikan orang tua dengan dari status karies gigi
pada murid kelas V SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh
Besar.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui Hubungan tingkat penghasilan
orang tua dengan dari status karies gigi pada murid kelas V SD Negeri Gue Gajah
Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar
b.
Mengetahui Hubungan tingkat pendidikan
orang tua dengan dari status karies gigi pada murid kelas V SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar
E. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Lokasi Penelitian
Sebagai
informasi mengenai kesehatan gigi dan mulut tentang Hubungan tingkat pendidikan
orang tua dengan dari status karies gigi pada murid SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten
Aceh Besar
2. Bagi Akademik
Hasil
penelitian dapat di manfaatkan sebagai bahan bacaan dan dapat menambah
pembendaharaan perpustakaan.
3.
Bagi Anak
Untuk
mengetahui permasalahan yang selama ini dihadapi oleh murid kelas V SD Negeri Gue
Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar tentang tingkat penghasilan
dan pendidikan orang tua terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut agar
anak terhindar dari karies.
4.
Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penulis untuk mengembangkan diri dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat khususnya kesehatan gigi dan mulut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Karies Gigi
1. Pengertian Karies Gigi
Karies adalah hasil interaksi dari bakteri di
permukaan gigi, plakatau biofilm, dan diet (khususnya komponen karbohidrat
yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat) sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya.Karies merupakan gigi berlubang yang mengakibatkan kerusakan struktur gigi sehingga terbentuk lubang.Karies gigi merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada manusia.Karies dapat terjadi pada siapa saja, walaupun sering muncul pada usia anak atau dewasa muda. Penyakit inilah yang merupakan penyabab utama kehilangan gigi pada usia muda (Pratiwi, 2007).
2.
Tanda awal karies
Tanda awal karies gigi berupa munculnya spot
putih seperti kapur pada permukaan gigi. Proses selanjutnya warna akan berubah
menjadi coklat, kemudian mulai membentuk lubang, jika spot kecoklatan tampak
mengkilap maka proses demineralisasi telah berhenti yaitu jika kebersihan mulut
membaik (Pratiwi, 2009).
3.
Proses dan Faktor Terjadinya Karies
8
|
Ada
empat kriteria utama yang diperlukan untuk membentuk karies, yaitu:
Gambar 1. Faktor-faktor terjadinya karies
a. Faktor Hospes (gigi)
Morfologi
gigi manusia berbeda-beda, permukaan oklusal gigi mempunyai lekuk dan fissure yang bermacam-macam dengan
kedalaman yang berbeda pula. Gigi dengan lekukan yang dalam merupakan daerah
yang sulit dibersihkan dari sisa-sisa makanan yang melekat sehingga plak akan
mudah berkembang dan dapat menyebabkan terjadinya karies gigi (Hongini, 2012).
b.
Faktor Mikroorganisme
Mikroorganisme
sangatberperan menyebabkan karies. Streptococcusmutans
dan Laktobacillus merupakan 2 dari
500 bakteri yang terdapat pada plak gigi dan merupakan bakteri utama terjadinya
karies. Plak adalah suatu massa padat yang merupakan kumpulan bakteri yang
tidak terkalsifikasi danmelekat erat pada permukaan gigi. Bakteri yang
kariogenik tersebut akan memfermentasi sukrosa menjadi asam laktat yang sangat
kuat sehingga mampu menyebabkan demineralisasi(Ramayanti,
2013).
c.
Faktor Substrat
Karbohidrat
menyediakan substrat untuk pembuatan
asam bagi bakteri. Tidak semua karbohidrat sama derajat kariogeniknya, hanya
karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti gula yang akan segera
meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri. Sehingga
makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat
sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email (Kidd, 1991).
d.
Faktor Waktu
Perkembangan
karies gigi sangat bergantung pada frekuensi paparan asam. Setelah makan,
bakteri yang ada di dalam mulut akan mengubah metabolisme gula sehingga
menghasilkan asam dan produk yang menurunkan pH. Setiap paparan lingkungan
asam, bagian dari kandungan mineral anorganik pada permukaan gigi larut dan
dapat tetap terlarut selama dua jam (Ramayanti, 2013).
4.
Lokasi Karies Gigi
Karies gigi yang tumbuh diakar gigi muncul
sebagai perpanjangan lubang gigi dari mahkota gigi melewati CEJ (cementoenamel junction) atau jika akar
gigi telah terbuka karena garis gusi telah turun. Karena lapisan sementum yang
melapisi akar gigi tidak sekuat email pada mahkota, maka lubang pada akar gigi
prosesnya lebih cepat daripada permukaan gigi lainnya (Pratiwi, 2009).
Menurut Riyanti (2005), lubang gigi memiliki
kedalaman dan besar yang berbeda-beda. Adapun derajat keparahannya
dikelompokkan menjadi :
a. Lubang pada email, biasanya tidak menimbulkan
rasa sakit, namun bila ada rangsangan yang berasal dari makanan atau minuman
dingin terasa linu, apabila rasa linu telah muncul hendaknya segera ke dokter
gigi agar dapat dilakukan penambalan.
b. Lubang sampai dentin, ditandai dengan adanya
rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan, apabila makanannya diangkat maka
akan berkurang rasa sakitnya.
c. Lubang sampai syaraf gigi, gigi terasa sakit
terus-menerus sifatnya tiba-tiba atau dengan sendirinya. Rasa sakit akan hilang
sejenak apabila diberi obat pengurang rasa sakit. Perawatan syaraf gigi
membutuhkan beberapa kali kunjungan, sampai hilangnya infeksi dan setelah
perawatan syaraf selesai baru dilakukan penambalan.
5.
Akibat Karies Pada Anak
Karies gigi
banyak sekali terjadi pada anak-anak karena kebiasaan mengkonsumsi makanan
manis yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi.Dampak yang terjadi bila
sejak awal sudah mengalami karies adalah selain fungsi gigi sebagai pengunyah
yang terganggu, rewel, gusi bengkak, anak juga akan mengalami gangguan dalam
menjalankan aktifitasnya sehari-hari, sehingga anak tidak mau makan dan akibat
yang lebih parah bisa terjadi malnutrisi, anak tidak akan dapat belajar karena
kurang berkonsentrasi sehingga akan mempengaruhi kecerdasan. Bila anak
menderita malnutrisi, hal tersebut akan menyebabkan daya tahan tubuh anak
menurun dan anak akan mudah terkena penyakit (Martaputra (2012).
6. Pencegahan Karies
Banyak yang
bisa dilakukan untuk mencegah karies. Mengetahui penyebabnya merupakan hal
terpenting bagaimana melakukan pencegahannya. Secara teori ada tiga cara
pencegahan karies yaitu: (1) menghilangkan substrat karbohidrat dengan
mengurangi frekuensi konsumsi gula dan membatasinya pada saat makan saja, (2)
meningkatkan ketahanan gigi dengan memaparkan terhadap fluor secara tepat, (3)
dengan menghilangkan plak bakteri.Pencegahan yang paling mudah dan relatif
murah adalah dengan melakukan sikat gigi secara berkesinambungan dan benar,
dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor (Kidd, 1991).
7. Jumlah Bakteri
Segera
setelah lahir akan membentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis
bakteri. Kolonisasi bakteri didalam mulut disebabkan transmisi
antar manusia, yang paling banyak dari ibu (Sondang. P, 2008).
8.
Saliva
Selain
mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan
sisa-sisa makanan didalam mulut. Pada individu yang berkurang fungsi
salivanya, aktivitas karies akan meningkat secara signifikan (Sondang. P, 2008)
.
9.
Pola Makan
Pengaruh
pola makanan pada karies biasanya lebih bersifat lokal daripada sistemik,
terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang
mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa
bakteri penyebab karies dirongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga
terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan
(Sondang.P, 2008)
10. Umur
Penelitian
epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevelensi karies sejalan dengan
bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies.
Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi
sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan
antagonisnya. Anak-anak mempunyai resiko karies yang paling tinggi ketika gigi
mereka baru erupsi, sedangkan orang tua lebih berisko terhadap terjadinya
karies akar (Sondang.P, 2008).
11. Jenis Kelamin
Selama
masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMFT yng lebih tinggi
daripada pria. Walaupunn demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik
sehingga komponen gigi yang hilang (M, missing) lebih sedikit daripada pria.
Sebaliknya pria mempunyai komponen tumpatan pada gigi (F, filling) yang lebih
banyak dalam indeks DMFT (Sondang. P, 2008)
12. Indek Karies Gigi
Menurut Herijulianti (2002) menyatakan bahwa
indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan Idinis penyakit karies gigi.
Indeks karies yang bisa dipakai adalah:
· Untuk gigi tetap : Indeks DMF-T
· Untuk gigi susu : Indeks def-t
a.
Indeks DMF – T (DMF-Teeth)
D = Decay : jumlah gigi karies yang masih dapat
ditambal
M = Missing : jumlah gigi yang
telah/ harus dicabut karena karies
F = Filling : jumlah gigi yang
telah ditambal
Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies
yang diderita seseorang dari dulu sampai sekarang. Contoh:
DMF : 2 artinya setiap anak mempunyai dua
gigi yang terserang karies
DMF : 0 gigi anak tersebut sehat
b.
Indeks def-t (def-teeth)
D = Decay : jumlah gigi karies
yang masih dapat ditambal
E = Extiliasi : jumlah gigi susu
yang tetah/ harus dicabut karena
Karies
F = Filling : jumlah gigi yang
telah ditambal
Kekurangan indeks def-t
E = Extiliasi, seharusnya dapat menunjukkan jumlah gigi yang mudah dicabut
karena karies. Pada gigi susu kadang-kadang pada gigi yang tidak ada disebabkan
lepas dengan sendirinya karena faktor fisiologis disebut Extiliasi, bukan
karena karies tetapi seorang anak biasanya tidak dapat menerangkan mengapa
giginya tidak ada atau hilang. Untuk mencegah terjadinya kekeliruan, maka indek
def sering sering diganti dengan indek df saja.
Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T :
DMF-T = D + M + F
Jumlah orang yang diperiksa
Kategori DMF-T menurut Linda Warni:
a.
1,2 – 2,6 = rendah
b.
2,7 – 4,4 = sedang
c.
4,5 – 6,5 = tinggi
·
Indeks def-t untuk gigi sulung
Indeks ini sama dengan DMF-T hanya saja indeks def-t digunakan untuk gigi
sulung . e disini maksudnya eksfoliasi = jumlah gigi sulung yang hilang karena
karies atau harus dicabut karena karies. Namun beberapa penelitian eksofolisasi
tidak digunakan def-t karena mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan, sebab
apakah karies tersebut benar-benar hilang karena karies atau bukan. Pada
gsulung seringkali gigi hilang karena faktor resobsi fisiologis atau trauma.
Rumus untuk def-t sama dengan yang digunakan pada DMF-T.
13.
Tindakan ibu dalam mengurangi resiko gigi
berlubang (karies)
Seluruh tenaga pelayanan kesehatan harus menyarankan kepada ibu
bahwa tindakan berikut dapat mengurangi resiko gigi berlubang pada anak-anak .
a) Mengawasi anak pada saat menyikat gigi dan
gunakan pasta gigi seukuran kacang hijau
b) Tidak membiarkan anak tidur dengan dot yang
diulas cairan manis atau botol susu berisi cairan manis
c) Memberikan makanan manis hanya pada waktu
makan saja
d) Tidak menggunakan sikat gigi secara
bergantian antar anggota keluarga
e) Tidak membiasakan menggunakan dot,mainan yang
digigit di antara anak-anak secara bergantian
f) Membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan
gigi yang memiliki tenaga kesehatan (dokter gigi,perawat gigi) secara teratur
setiap 3-6 bulan segera setelah gigi pertama erupsi.
B.
Penghasilan
Penghasilan perorangan atau keluarga merupakan variabel sosial
ekonomi yang sering digunakan untuk memperkirakan kedudukan kelas sosial.
Pendapatan adalah hasilyang diperoleh dari kerja atau usaha yang telah dilakukan
pendapatan atau mempengaruhi gaya hidup seseorang.orang atau keluarga yang
mempunyai status ekonomi atau pendapatan tinggi akan mempraktikkan gaya hidup
yang mempunyai status ekonomi atau pendapatan tinggi akan mempraktikkan gaya
hidup yang mewah misalnya lebih komsumsif karena mereka mampu untuk membeli
yang dibutuhkan bila dibandingkan dengan keluarga yang kelas ekonominya kebawah
(friedman,2010).
Pendapatan masyarakat dibagi atas dua kelompok,pengelompokan
tersebut bedasarkan upah minimum pekerja (UMP) Aceh tahun 2017
yaitu sebesar ≤ Rp.2.500.000,-.
(Serambi, 2016)
Adapun kelompok pendapatan tersebut sebagai berikut:
a. Kelompok pendapatan rendah ≤ Rp.2.500.000,-.
Pendapatan rendah merupakan upah terendah
yang terdiri dari upah pokok di tambah tunjangan tetap dan dibayar pekerja yang mana kurang dari 1 tahun dan bukan pada seluruh pekerja.
b.
Kelompok pendapatan tinggi ≥
Rp.2.500.000,-.
Pendapatan tingg merupakan upah tertinggi
yang terdiri dari upah pokok ditambah tunjangan tetap dan dibayar pekerja yang masa kerjanya diatas 1 tahun dan bukan pada seluruh pekerja.
C.
Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur
tujuan/sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur atau
jenjang, kurikulum dan peralatan/fasilitas. (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan 1939) (H. Fuad Ihsan. 2003).
Dalam pengertian umum sistem pendidikan adalah jumlah keseluruhan
dari bagian-bagiannya yang saling bekerjasama untuk mencapai hasil yang
diharapakan berdasarkan atas kebutuhan yang telah ditentukan. Setiap sistem
pasti mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari semua komponen atau
bagian-bagiannya adalah diarahkan untuk tercapainya tujuan terebut. Karena itu,
proses pendidikan merupakan sebuah sistem, yang disebut sebagai sistem pendidikan (Hasbullah. 2003).
Pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses
penyampaian bahanatau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan
guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Konsep dasar pendidikan adalah
suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses
pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah yang lebih dewasa,lebih baik, dan
lebih matang pada diri individu,kelompok atau masyarakat (Notoadmojo,2007).
Pendidikan secara luas dikenal masyarakat adalah pendidikan dalam
arti formal yaitu pendidikan yang diterima oleh peserta didik melalui pendidik
dan biasanya dilakukan pada suatu lembaga atau institusi
(Herijulianti,dkk,2002).
Tingkat pendidikan formal seseorang merupakan perkiraan lain bagi kedudukan
kelas sosial yang umum diterima. Pada umumnya semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin besar kemungkinan orang itu bergaji tinggi (berpenghasilan
tinggi) dan mempunyai kedudukan yang dikagumi atau dihormati.
Adapun tingkat
pendidikan menurut undang- undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun
2003 dikategorikan sebagai berikut:
a. Tingkat pendidikan dasar adalah pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) kebawah.
b. Tingkat pendidikan menengah/sedang adalah Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat.
c. Tingkat pendidikan tinggi adalah pendidikan diploma (DIII) keatas.
BAB III
KERANGKA
KONSEP PENELITIAN
A.
Kerangka Konsep
Anak memasuki usia sekolah pada umumnya mempunyai resiko karies
yang tinggi, karena pada usia ini anak-anak suka jajan sembarangan seperti
makanan yang manis dan lengket (kariogenik) (Worotijan et al., 2013). Beberapa
faktor yang mempengaruhi sosial ekonomi yaitu pendidikan, pendapatan, serta
orang tua. Pendidikan yang lebih tinggi memiliki sifat yang positif tentang
kesehatan dan mempromosikan perilaku hidup sehat. Pendapat mempunyai pengaruh
langsung dalam perawatan medis, jika pendapatan meningkat maka biaya untuk
perawatan kesehatan pun ikut meningkat. Orang tua merupakan pondasi awal untuk
membangun kehidupan sosial ekonomi secara luas menjadi lebih baik, khususnya
ibu. Dimana peran aktif ibu terhadap perkembangan seorang anak sangat
diperlukan dalam memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar,
mematuhi peraturan dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, terutama dalam
menjaga kesehatan gigi dan mulutnya (Ngantung dkk., 2015).
Berdasarkan konsep pemikiran diatas, maka dapat dibuat skema
penelitian berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Penghasilan
Orang Tua
|
Pendidikan
Orang Tua
|
Karies
Anak
|
B.
Variabel Penelitian
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 variabel yaitu :
1. Variabel Independen
a.
Penghasilan orang tua
b.
Pendidikan orang tua
2. Variabel Dependen
Karies anak
C.
Defenisi Operasional
Tabel 1 : Variabel Independen
No
|
Variabel
|
Defenisi oprasional
|
Cara ukur
|
Alat ukur
|
Hasil ukur
|
Skala ukur
|
1
|
Penghasilan
orang tua
|
Hasil yang diperoleh orang tua yang dinilai
dengan uang yang perolehannya dengan cara melakukan usaha atau kegiatan
ekonomi dalam waktu kurun tertentu
|
angket
|
Kuesioner
|
Tinggi penghasilan
≥Rp.2.500.000
Rendah penghasilan
≤
Rp.2.500.000
|
Ordinal
|
2
|
Pendidikan
orang tua
|
Pendidikan dapat mempengaruhi semua aktifitas
dan tingkah lakunya,sehingga yang
berpendidikan tinggi akan berbeda
dengan orang yang berlatar belakang pendidikan rendah
|
angket
|
Kuesioner
|
Tinggi
(Diploma keatas)
Sedang
(SMA/Sederajat)
Rendah
(SMP
kebawah
|
Ordinal
|
Tabel 2 : Variabel Dependen
No
|
Variabel
|
Defenisi oprasional
|
Cara ukur
|
Alat ukur
|
Hasil ukur
|
Skala ukur
|
1
|
Karies gigi
|
Kerusakan gigi yang terjadi pada anak
|
pemeriksaan
|
KSP
Diagnosa Set
|
def-t / DMF-T
Rendah
1,2 – 2,6
Sedang
2,7 – 4,4
Tinggi
4,5 -6,6
– lebih (Linda
Warni,2009)
|
Ordinal
|
BAB IV
A.
Jenis Penelitian
Penitian ini bersifat analitik yaitu Hubungan
tingkat penghasilan dan pendidikan orang tua dengan dari status karies gigi
pada murid kelas V SD negeri Gue Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh
Besar.
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian Dilakukan di SD negeri Gue Gajah
kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 6 Januari 2017.
C. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua (ayah/ibu) murid kelas V yang berjumlah 60 orang.
2.Sampel
Sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik total
sample. Dimana seluruh
orang tua (ayah/ibu) murid kelas V dibagikan kuesioner yang berjumlah 60 orang.
22
|
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. kuesioner
2. KSP (kartu status pasien)
3. Diagnosa set
E. Cara Pengumpulan
Data
1. Data Primer
Data ini diperoleh langsung oleh peneliti berdasarkan hasil angket yang dibagikan orang tua dan pemeriksaan dengan menggunakan KSP dan dignosa set pada SD Negeri Gue
Gajah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar.
2. Data sekunder
Data mengenai identitas murid SD Negeri Gue Gajah Kecamatan Darul
Imarah Kabupaten Aceh Besar.
F. Cara pengolahan
Setelah data berhasil dikumpulkan langkah selanjutnya yang akan
dilakukan adalah mengolah data sehingga jelas data-data yang dimiliki oleh data
tersebut.proses pengolahan data dilakukan menggunakan beberapa tahap sebagai
berikut:
1. Editing
Tahap ini
dikumpulkan dan diperiksa kembali apakah telah lengkap jawabannya atau
tidak,data yang diberikan berkesinambungan atau tidak. Memeriksa nama dan
identitas responden. Data yang diberikan berkesinambungan/tidak dalam arti
tidak ditemukan data yang bertentangan satu dengan yang lain.
2. Coding
Melakukan
pengkodean data dengan angka atau kode tertentu sehingga lebih mudah dan
sederhana
3. Tabulating
Data yang
dikoreksi kemudian dikumpulkan dalam bentuk tabel tertentu
menurut sifat yang dimiki sesuai tujuan penelitian
G.
Analisa Data
1.
Data Univariat
Mendeskripsikan setiap variabel penelitian dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase
2.
Analisa Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel antara variabel bebas terikat dengan menggunakan spss berupa uji statistic chi square dengan derajat kepercayaan (α) = 0,05
DAFTAR
PUSTAKA
Adin
S.2009,Status
Sosial Ekonomi.
http:/salsabilahafiraadin.blogsport.com/2009/07/status sosial.
Ekonomi.html
Depkes, RI.2009. Undang-undangDasarKesehatan, No.36. Jakarta.
Edwina A.M Kidd, 1991. Dasar-dasarKaries,
EGC.
Friedman, M. 2010.Buku Ajar
Keperawatan
keluarga:Riset,Teori,dan Praktek.Edisike-5.Jakarta:EGC.
Hasbullah. 2003. Dasar-Dasar
Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm. 123.
H. Fuad Ihsan.
2003. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakata: Rineka Cipta. Hlm. 107.
Herijulianti E, Indriani T,S, Artini S,2002, PendidikankesehatanGigi,EGC,Jakarta
Hongini,
S. Y. Aditiawarman, M. (2012). Kesehatan
Gigi dan Mulut. Bandung: Pusaka Reka Cipta.
Kent, GG, 2005, Pengelola Tingkah Laku Pasienpada Praktik Dokter Gigi, EGC, Jakarta
Kidd,
Edwina A.M. (1991) Dasar-dasar Karies Dan Penanggulangannya. Jakarta: EGC
Maliderou
M. 2006.The
effect of socialdemograpic factors,snack comsumptions and vending machine us
won oral health of childrend living in london.
Margareta
Shinta, 2012, 101
Tips & Terapi Alami Agar Gigi Putih & Sehat,
Pusaka Cerdas, Yogjakarta
Martapura.
2012. Skripsi. Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Gigi
Dengan Kejadian Karies pada Anak Prasekolah di TK Aisyiyah Bustanul Athfal
II Perumnas Made Lamongan.
Ngantung
et al, 2015. Kesehatan
Gigi Mulut dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi Mulut. Jakarta.
Notoadmodjo, S,2007. Promosi kesehatan & ilmu perilaku, PT RinekaCipta, Jakarta.